CIREBON, (PR).- Musim kemarau yang belum juga berakhir menyebabkan kera ekor panjang (macaca fascicularis) penghuni situs Taman Kera Kalijaga menjadi agresif. Padahal, biasanya "penghuni" hutan kecil petilasan Sunan Kalijaga di Blok Kalijaga, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, itu tidak galak meski liar.
Warga sekitar sudah terbiasa hidup berdampingan dengan kera yang jumlahnya diperkirakan sekitar 100 ekor. Kebanyakan warga menyadari kalau penghuni asli Blok Kalijaga adalah kera ekor panjang, sedangkan warga hanyalah pendatang di kawasan tersebut.
Namun musim kemarau yang tidak kunjung berakhir, mengubah perilaku kera. Selain merusak dan memakan tanaman pagar dan koleksi tanaman warga sekitar, sejumlah warga pernah menjadi korban keagresifan kera.
Menurut Rohanah, salah seorang warga Kalijaga, tiga pekan lalu, dua orang tetangganya menjadi korban serangan kera itu. Kedua korban adalah perempuan.
“Korban pertama diserang karena berupaya mempertahankan belanjaan bawaannya yang hendak direbut monyet. Karena tidak juga dilepaskan, kakinya menjadi korban cakaran monyet," kata Rohanah. Korban kedua, diserang saat tengah berjalan di sekitar lokasi kera berkumpul.
"Kami sering tidak berani keluar rumah kalau di depan rumah sedang banyak monyet berkumpul, meski ada urusan penting," katanya.
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/07/zitgnncTTIzdRQ1ke7jyhQdlYbPsYymAuxxixSxW.jpeg)
Kera menjadi agresif karena tumbuhan yang jadi makanannya kering
Juru kunci situs Taman Kera Kalijaga, Bambang Mas Hadiningrat, mengungkapkan, semakin agresifnya kera penghuni petilasan lebih disebabkan oleh musim kemarau. Akibat kemaru, dedaunan dan rerumputan di hutan Kalijaga dan sekitarnya kering.
"Kalau faktor lapar saya kira tidak, karena setiap hari diberi makan, kecuali hari Sabtu dan Minggu yang mengandalkan makanan pemberian pengunjung," imbuhnya Selasa, 30 Juli 2019.