kievskiy.org

Bekas Lahan Galian C di Majalengka Disulap Jadi Kebun Pepaya

SEORANG pengunjung kebun pepaya tengah memetik pepaya di kebun pepaya di Blok Cikamarang, Desa Pasirmincang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka Jumat, 2 Agustus 2019. Bekas galian C seluas 10 hektare itu kini dijadikan perkebunan pepaya, jambu, lengkeng, durian, serta mangga.*/TATI PURNAWATI/KC
SEORANG pengunjung kebun pepaya tengah memetik pepaya di kebun pepaya di Blok Cikamarang, Desa Pasirmincang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka Jumat, 2 Agustus 2019. Bekas galian C seluas 10 hektare itu kini dijadikan perkebunan pepaya, jambu, lengkeng, durian, serta mangga.*/TATI PURNAWATI/KC

MAJALENGKA, (PR).- Bekas galian pasir yang biasanya tandus, gersang dan dibiarkan terlantar hingga merusak lingkungan, ternyata tidak terjadi di bekas galian C pasir di Blok Cikamarang, Desa Pasirmuncang, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka.

Lahan bekas galian C pasir seluas 10 hektaran milik Deden Busrol dijadikan perkebunan pepaya, jambu kristal, durian serta lengkeng dan mangga. Sehingga lahan tersebut kini produkstif dan tetap menghasilkan ekonomi tinggi serta bisa memberdayakan masyarakat sekitar.

Lokasi galian tersebut awalnya bukit tandus yang tidak ditanami pepohonan, selama tiga tahun mulai Tahun 2014 hingga 2017 pasirnya digali, kondisi lahan pun menjadi datar sejajar dengan lahan milik penduduk lainnya yang sudah lebih dulu ditanami padi serta palawija dan mangga.

Jalan ke lokasi tersebut dibangun sebagian dicor untuk memudahkan lalulintas kendaraan, roda dua maupun roda empat, hanya sebagian masih tanah sehingga saat kemarau jalan pun berdebu.

Hanya debu di jalan tidak menjadi penghalang ketika sampai di perkebunan pepaya dan jambu. Hamparan tanaman seluas mata memandang. Pepaya di setiap pohon demikian lebat demikian juga dengan jambu kristal yang dikenal manis dan nyaris tanpa biji.

“Saya mulai menanami lahan bekas galian tersebut 9 bulan lalu, tujuh bulan kemudian pepaya berbuah dan bisa dipanen bahkan jambu kristal lebih dulu berbuah karena lima bulan sudah bisa dipetik.” ungkap Deden.

Kini pepaya dipanen setiap tiga hari sekali, sekali panen sementara ini sebanyak 7 kuintal dengan harga jual Rp 2.500 per kg, sedangkan jambu kristal yang jumlah pohonnya mencapai 3.000 pohon baru bsia memanen sekitar 3 kuintal saja. Karena jambu tidak begitu banyak berbuah kalaupun berbuah banyak yang mengering dan busuk akibat cuaca yang terlalu panas. Sedangkan lengkeng dan mangga serta durian belum berbuah karena tanaman tersebut lebih lama berbuah berbeda dengan tanaman jambu atau pepaya kalifornia.

Ke depan menurut Deden, kawasan lahan tersebut akan terus ditanami dengan beragam pepohonan lain di lahan yang masih kosong. Selain itu di sela-sela tanaman pepaya dan jambu juga akan ditanami sayuran atau tanaman palawija yang tidak menganggu tanaman induk. Agar lahan bsia lebih produktif dan bisa dijadikan sebagai tempat pembelajaran bagi anak-anak sekolah.

“Saya inginnya kawasan ini benar-benar hijau, yang dulu gersang dan tandus karena bukit pasir, kini menjadi subur. Pasokan air akan dibuat embung berukuran besar yang airnya bisa ditarik dengan pompa.Sekarang pun untuk menyiram tanaman dilakukan dari embung namun embungnya masih kecil baru bisa menampung debit air beberapa ribu kibik saja,” kata Deden.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat