CIREBON, (PR).- Kereta api Argo Cheribon yang merupakan peleburan dari tiga nama kereta yakni KA Cirebon Ekspres, Argo Jati dan Tegal Bahari tetap diluncurkan Jumat 16 Agustus 2019 meski sempat memunculkan kontroversi.
Peluncuran ditandai dengan syukuran berupa pemberian 2.019 potong kue gratis kepada penumpang di Stasiun Kejaksan. Jumlah tersebut sengaja dipilih sebagai tanda bawah KA Argo Cheribon beroperasi mulai 2019.
Kontroversi terutama terkait pemilihan nama Cheribon yang dinilai berbau kolonial. Pemerintah kolonial Belanda menggunakan nama Cheribon, untuk menunjuk kepada Cirebon, misalnya Gemeente Cheribon, yang menunjukkan bentuk pemerintahan.
Namun Manager Humas Daerah Operasi 3 Cirebon Kuswardoyo mengungkapkan, penggunaan nama Cheribon ketimbang Cirebon, bukan tanpa alasan.
Alih-alih bermaksud menghidupkan kolonialisme, pemilihan nama Cheribon itu, katanya, justru bentuk kepedulian PT KAI untuk mengenalkan sejarah kepada masyarakat terutama generasi penerus bangsa.
"Penggunaan nama Argo Cheribon pada rebranding nama kereta api ini merujuk pada nama Stasiun Cheribon saat pertama kali diresmikan tahun 1912, yang menjadi awal keberadaan perkeretaapian di Kota Cirebon," jelasnya.
Apalagi, lanjutnya, hingga kini bangunan stasiun sebagai bangunan warisan sejarah yang juga termasuk benda cagar budaya, tetap dirawat, dijaga dan dipertahankan keasliannya.
"Ini juga sejalan dengan komitmen perusahaan untuk terus melindungi keberadaan warisan sejarah perkeretapiaan yang ada," katanya.
Dikatakan Kuswardoyo, rebranding KA ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan kemudahan bagi penguna jasa KA dengan menghadirkan single service pada KA Argo Cheribon.