KARAWANG, (PR).- Nelayan di pesisir utara Karawang menemukan dua kasus kematian lumba-lumba di wilayah tangkapan mereka. Satu lumba-lumba ditemukan mati pertengahan Agustus 2019, satu lumba-lumba lainnya ditemukan sudah membusuk di Pantai Pelangi, Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Kamis 5 September 2019.
Perwakilan Koalisi Masyarakat Sipil, Erik Ramdani menyebut, penemuan bangkai lumba-lumba itu sudah dilaporkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk diverifikasi jenis dan penyebab kematiannya. "Sejak ada insiden kebocoran sumur migas YY-1 Pertamina di lepas pantai Cilamaya, sudah dua lumba-lumba ditemukan mati," katanya, Jumat 6 September 2019.
Bangkai lumba-lumba pertama ditemukan di Muara Sungai Cilebar, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar oleh nalayan yang akan mencari ikan. Sementara itu, bangkai lumba-lumba lainnya sudah terkubur pasir di Pantai Pelangi yang dipenuhi tumpahan minyak mentah.
"Lumba-lumba itu bukanlah ikan, tapi mamalia yang dilindungi negara," kata Erik Ramdani.
![](https://static.pikiran-rakyat.com/public/medium/public/2019/09/Di3kzeqFIJBMSbZE0xgaYE9AtbuhMQWj9GuFMybT.jpeg)
Penemuan bangkai lumba-lumba tersebut langsung ditindaklanjuti Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tindak lanjut itu berupa pengambilan sampel bangkai lumba-lumba yang diduga mati karena tumpahan minyak.
"Dugaan sementara, lumba-lumba itu mati saat mengambil udara ke permukaan, kemudian menghirup minyak," ujar Deden Solihin, Pelaksana Satker DKI Jakarta Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Serang, Jumat 6 Spetember 2019.
Deden mengatakan, pengambilan sampel bangkai lumba-lumba berdasarkan laporan dan perintah langsung dari Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Selama tumpahan minyak menggenangi pantai Karawang, mereka telah mengambil dua sampel bangkai lumba-lumba.