SUKABUMI, (PR).- Tim khusus Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango melakukan serangkaian penyelidikan terkait kematian seekor lutung (Trachipythecus auratus) akibat tersengat listrik. Timsus telah bergerak setelah memperoleh laporan untuk mengungkap keberadaan binatang tersebut.
Kematian binatang langka yang dilindungi karena terancam kepunahan itu mati tragis akibat tersengat aliran kabel Saluran Umum Bertegangan Tinggi (Sutet) yang berada tidak jauh dari kantor Kecamatan Kadudampit, Selasa, 3 September 2019. Dan ini merupakan kasus kali kedua.
Kematian binatang primata berjenis kelamin jantan yang diperkirakan berumur dua tahun itu, berada tidak jauh dari dikawasan BNTGGP cukup tragis dengan kondisi tubuh terkoyak. Kondisi luka yang cukup parah, menyulitkan petugas untuk melakukan autopsi pada bangkai lutung teraebut.
Sebelumnya, kasus kematian serupa menimpa binatang malang itu, terjadi awal Agustus 2010 lalu. Kematiannya serupa akibat tersengat aliran listrik. Lutung pertama mati persis terjadi didepan pintu masuk dikawasan TNGGP.
"Tim telah bergerak melakukan serangkaian upaya penyelidikan penyebab seekor lutung bisa berada dipemukiman dan mati akibat tersengat listrik. Sengatan listrik terjadi saat lutung bergelantungan dikabel listrik dan terjatuh ke aspal," kata Kepala Resort Situgunung, Asep Suganda dalam konferensi pers pada Selasa, 10 September 2019.
Muncul dugaan lutung dipelihara warga
Didampingi Kepala Seksi Wilayah IV, Luki Tanuwijaya, Asep mengindikasi lutung yang mati dan menjadi sorotan masyarakat itu bukan berasal dari kawasan TNGGP. Tapi mengindikasi merupakan binatang peliharaan warga. "Karena dari ciri-ciri bangkai lutung yang ditemukan dilokasi kejadian selain bulu-bulu tidak mengkilat, juga dalan kondisi bersih. Kami menyimpulkan binatang tersebut sudah lama dipelihara seorang warga," katanya.
Kepastian tersebut diungkapkan, Luki Tanuwijaya karena keberadaan lutung umumnya beraktivitas secera berkoloni. Apalagi sikapnya pemalu dan cuek, tidak memungkinan bisa keluar dari kawasan hutan. "Hanya bisa lepas karena ada tangan manusia yang membawa keluar dari koloni," katanya.
Dari hasil penyelidikan sementara, kata Luki Tanuwijaya, telah terindikasi keberadaan warga yang diduga kuat memelihara binatang tersebut. Apalagi dari hasil investigasi yang dilakukan timsus tidak hanya diperoleh dari laporan warga. "Tapi di kandang rumah warga yang berada tidak jauh dari kawasan TNGGP telah ditemukan binatang jenis primata lainnya. Hanya saja, kami masih belum bisa memastikan secara valid karena masih dalam penyelidikan. Apalagi belum diperoleh dua alat bukti yang menguatkannya," katanya.***