kievskiy.org

Proyek Exit Tol Bandung-Cilacap di Kabupaten Tasikmalaya Rawan Spekulan

SPANDUK penjualan lahan di tepi Jalan Cigalontang, Kampung Cilembu, Desa Singasari, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu, 29 September 2019. Proyek exit tol Bandung-Cilacap di Kabupaten Tasikmalaya rawan spekulan.*/BAMBANG ARIFIANTO/PR
SPANDUK penjualan lahan di tepi Jalan Cigalontang, Kampung Cilembu, Desa Singasari, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Minggu, 29 September 2019. Proyek exit tol Bandung-Cilacap di Kabupaten Tasikmalaya rawan spekulan.*/BAMBANG ARIFIANTO/PR

SINGAPARNA, (PR).- Proyek pembangunan tol Bandung-Cilacap dengan exit tol di wilayah Kabupaten Tasikmalaya rawan dimasuki para spekulan pencari lahan. Pemerintah perlu memastikan dan melindungi lahan-lahan warga yang terkena pembebasan tak jatuh terlebih dahulu ke tangan spekulan.

Seperti diketahui, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Tasikmalaya menyebut lokasi exit tol tersebut berada di Desa Cikunten, Kecamatan Singaparna atau berada di dekat Puskesmas Tinewati, Jalan Sentral. ‎Proyek tol itu memang melintasi beberapa  wilayah kabupaten seperti Kecamatan Salawu, Cigalontang, Singaparna Leuwisari.Setelah itu, ruas tol melintasi Kota Tasikmalaya serta kembali masuk wilayah Kabupaten Tasikmalaya di Kecamatan Manonjaya, Cineam, Karangjaya.

"PR" menelusuri kawasan Cikunten dan sekitarnya yang diperkirakan masuk dalam area perlintasan pintu keluar tol Bandung-Cilacap di Kabupaten Tasikmalaya, Minggu, 29 September 2019. Kendati informasi proyek tersebut belum terlalu mengemuka di warga, lahan-lahan di lokasi itu mulai diincar pembeli. Seperti di Kampung Cilembu, Desa Singasari, Kecamatan Singaparna. Cilembu merupakan kampung yang wilayahnya berada di tiga desa, yakni Singasari, Cikunten dan Sukaherang. Untuk Cilembu di Singasari, letaknya sangat berdekatan dengan  Cikunten yang disebut masuk kawasan exit tol.

Undang Koswara (59), Ketua RT 1 di RW 1, Kampung Cilembu, Desa Singasari mengungkapkan, sejumlah orang tak dikenal beberapa kali menanyakan tanah yang dijual di kampungnya. "Suka melintas pakai mobil," ucapnya di kediamannya, Kampung Cilembu, Desa Singasari, Minggu siang.

Dengan melintas menggunakan mobil, mereka mampir dan menanyakan lahan-lahan yang dijual di lokasi itu. Mereka mengicar di lahan di sana karena ada warga yang memasang pengumuman penjual lahan di tepi jalan. 

"Saya tunjukkan (arahkan) saja ke pemilik tanah di Cimerah," ucapnya.

Undang mengaku tak mengetahui maksud pembelian lahan tersebut. Soalnya, orang-orang yang mengincar tanah itu juga tak memberitahunya untuk apa lahan tersebut kelak digunakan. Ia mencontohkan, seorang ibu dari Bandung yang sempat menanyakan lahan yang bakal dijual itu. "Bade ngadamel naon ah kumaha engke (mau bikin apa, terserah nanti)," ucap Undang menirukan jawaban ibu tersebut.

Sementara itu, Kepala Dusun 3 Cilembu, Desa Cikunten Endang S (53) mengaku belum mendapat informasi terkait adanya orang-orang yang membeli tanah di wilayahnya. Ia bahkan mengaku baru mengetahui dari "PR" mengenai rencana pembangunan exit tol yang melintasi Cikunten. Meski demikian, Endang menyebut nilai jual objek pajak (NJOP) di beberapa wilayahnya terbilang tinggi.

Beberapa NJOP paling tinggi berada di Perumahan Heulang Mangkak dan Cilembu Cikunten. Dua lokasi itu masuk kelas 78 dengan nilai harga permeter perseginya mencapai Rp 128.000. Lokasi-lokasi dengan harga tertinggi itu berada di tepi jalan. Nilai NJOP tersebut diketahui saat ada proses verifikasi pada 2016. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat