kievskiy.org

Mendesak, Audit terhadap Kerusakan Kawasan Gunung Galunggung

WARGA memandangi kolam yang penuh lumpur di Kampung Gayonggong, Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis 3 Oktober 2019. Kerusakan lingkungan kawasan Gunung Galunggung oleh penambangan pasir harus segera diaudit pemerintah.*/ BAMBANG ARIFIANTO/
WARGA memandangi kolam yang penuh lumpur di Kampung Gayonggong, Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis 3 Oktober 2019. Kerusakan lingkungan kawasan Gunung Galunggung oleh penambangan pasir harus segera diaudit pemerintah.*/ BAMBANG ARIFIANTO/

SINGAPARNA, (PR).- Kerusakan kawasan Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya akibat penambangan pasir kian parah. Oleh karena itu audit pemerintah terhadap kerusakan tersebut harus segera dilakukan.

Pasalnya, kegiatan pengerukan pasir telah berdampak pada penurunan hasil pertanian dan perikanan warga. Warga pun bisa melaporkan kerusakan dan dampak negatif tersebut kepada pemerintah dan kepolisian.

"Perlu diaudit karena sudah ada kerugian," kata  Ketua Badan Pengurus  Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Jawa Barat Dedi Kurniawan saat dihubungi, Sabtu 5 Oktober 2019, sekitar pukul 12.29 WIB. Mekanisme audit, lanjutnya, bisa dilakukan melalui advokasi warga bila pelaku perusakan lingkungan telah terindikasi. Warga juga bisa minta bantuan aparat pemerintah setempat jika pelakunya belum terindikasi dengan jelas. Jika pelaporan dan permohonan audit yang ditujukan kepada aparat desa, kecamatan, serta kepolisian juga bermasalah lantaran institusi-institusi itu diduga terlibat atau memiliki kepentingan terhadap tambang, opsi lain masih terbuka.

Warga bisa mengadukannya langsung ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tasikmalaya. Pengaduan atau pelaporan itu bisa disertai bukti-bukti tercemar sawah dan kolam ikan oleh limbah galian pasir dalam foto atau video. Pemberitaan media massa pun bisa menjadi bukti lain untuk dilampirkan. Seperti diketahui, sejumlah warga Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya terpaksa menggunakan air bercampur limbah penambangan pasir kawasan Gunung Galunggung untuk mengairi sawah dan kolam ikan peliharaannya. Dampaknya, hasil pertanian dan budidaya ikan menurun karena bulir padi hampa dan ikan mati.

Hal tersebut terjadi di sejumlah kampung yang berada di Desa Sinagar dan Gunungsari, Kecamatan Sukaratu. Saluran  air atau selokan yang bersumber dari Sungai Cibanjaran serta mengaliri sawah dan kolam warga itu. Air di selokan-selokan tersebut tampak keruh. Lumpur-lumpur yang ditengarai berasal dari limbah pencucian galian pasir juga memenuhi area pesawahan. Demikian pula dengan sejumlah kolam milik warga yang dipenuhi lumpur.

Di Kampung Gayonggong, Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu, limbah pencucian galian pasir kemudian masuk ke sungai tersebut sehingga sawah dan kolam warga ikut terdampak. Kondisi paling parah terjadi saat musim kemarau. Air yang bersumber dari sungai itu tambah keruh. Imbasnya sawah, kolam para petani dan pembudidaya ikan tercemar limbah galian pasir.‎ Penghasilan mereka turun lantaran penggunaan air keruh bercampur limbah pasir itu membuat pertumbuhan padi dan ikan tak optimal.

Aktivitas penambangan pasir juga membuat potensi bencana alam semakin tinggi. Dedi sempat mewanti-wanti bahaya kekeringan dan banjir bila kerusakan lingkungan kawasan Galunggung dan perbukitannya terus terjadi.

Hal senada dikemukakan‎ Irev Jundulloh, peneliti geologi asal Tasikmalaya beberapa waktu lalu. Galunggung, tuturnya, memiliki batuan yang sangat baik untuk menyimpan air. "Secara normal, batuan dari gunung akan terserap ke dalam tanah sebagai air tanah," ucap Irev. Saat ini, batuan yang sangat baik menyimpan air tersebut diambil oleh aktivitas penambangan. Praktik itu membuat air tidak bisa terserap ke dalam tanah. "Wajar  kalau Sungai Cibanjaran tidak bisa lagi menampung air dari hulu Galunggung, imbasnya terjadi luapan air," tuturnya terkait banjir yang terjadi di Sukaratu sekitar April 2019 lalu.

‎Menurut Irev, karakter sungai di gunung memiliki sejumlah karakteristik berupa jeram (air terjun), lebar yang sempit dan banyak proses erosi. Jika hal hal-hal tersebut sudah dipengaruhi tambang, tingkat erosi akan kian tinggi dan berbanding lurus dengan peningkatan kekuatan arus sungai. Bila arusnya semakin tinggi, ketika musim hujan pergerakan air di sungai pun bakal memiliki energi yang luar biasa.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat