kievskiy.org

Mantan Komandan NII: Tidak Lagi di Masjid, Rekrutmen Teroris Dilakukan di Mal hingga Coffee Shop

ILUSTRASI.*/DOK PR
ILUSTRASI.*/DOK PR

KEN Setiawan (40) membuka cerita kelam saat dirinya masih tergabung dalam organisasi terlarang, Negara Islam Indonesia (NII). Di depan ratusan personel polisi, dia melakukan ‘penebusan dosa’ dengan membeberkan bagaimana aliran yang erat kaitannya dengan terorisme itu menyebar.

Menurut dia, proses perekrutan untuk menjadi pelaku teror masih terus terjadi. Bahkan, tidak lagi menyasar tempat ibadah atau tempat kajian keagamaan, melainkan mal, ruang publik, tempat berkumpul anak muda hingga kedai kopi yang saat ini tengah digandrungi.

“Jadi harus ada kewaspadaan terkait proses penyebaran aliran ini. Jangan lemah dan kuncinya kuatkan rasa toleransi. Sekali intoleransi, mereka tentu akan mudah menyusupi ke pikiran kita. Apalagi sekarang bukan lagi di masjid tapi sampai ke coffee shop,” ucap dia saat menjadi pembicara dalam kegiatan sosialisasi pencegahan radikalisme yang digelar Kepolisian Resor Metro Bekasi di Gedung Swatantra Wibawamukti, Cikarang Pusat, Jumat (18/10/2019).

Pria bernama asli Kurniawan ini mengaku masuk NII sekitar tahun 2000 lalu. Ketika itu, dia yang kelahiran Kebumen ini datang ke Jakarta untuk mengikuti kejuaraan pencak silat se-Indonesia. Di sela kejuaraan, dia bertandang ke salah seorang temannya untuk bersilaturahmi.

Tidak disangka, di lokasi temannya itu sudah ada anggota NII. “Awalnya saya tidak tahu, cuma saya kagum dengan teman saya itu karena di tengah kawasan metropolitan masih ada yang menekuni agama. Saya berdialog yang kemudian argumentasi saya kalah. Alhasil saya terus didoktrin hingga masuk ke golongan mereka,” ucap dia.

Tiga tahun menjadi anggota NII, dia dianggap menjadi anggota ‘berprestasi’ karena mampu merekrut banyak orang. Dia yang dianugerahi sebagai perekrut terbaik lantas didapuk menjadi Komandan NII ketika itu.

Dia mendekati orang di banyak tempat, baik di terminal, di stasiun atau yang lain. Berbekal berbagai materi yang dikuatkan dengan sejumlah potongan ayat Alquran, dia mendekati setiap orang. Mudah baginya memengaruhi orang ketika itu.

“Kuncinya jangan biarkan korban ini berpikir, maka terus disusupi materi-materi sampai akhirnya korban tercuci otaknya kemudian mau masuk ke kelompok. Proses ini cuma butuh hitungan jam tapi sembuhnya bakal susah,” ucap dia.

Tidak hanya menyasar mereka yang taat agama, namun juga anak muda yang labil dalam berpikir. Di Bekasi, Ken mengaku banyak merekrut anggota dari kalangan karyawan pabrik. Bahkan tidak sedikit yang dikirim ke ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. “(Yang berangkat ke ISIS) mungkin sekarang sudah meninggal,” ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat