kievskiy.org

Bara Protes Petani Tak Bertanah, dari Pesisir Utara Jabar Menjalar ke Berbagai Daerah

Ilustrasi pertanian.
Ilustrasi pertanian. /Pixabay/rizox

PIKIRAN RAKYAT - Bara protes dan perlawanan petani di Jawa Barat pada awal abad 20 menjalar menjalar ke berbagai daerah akibat ketidakadilan pemungutan cukai pajak, tanah partikelir. Pergolakan tercatat terjadi di pesisir Utara Jabar, Pikiran-Rakyat.com menelusuri peristiwa itu.

Ba Eming diiringi sekitar 236 orang bersenjata mendatangi Kontrolir Subang pada 27 Agustus 1913.‎ Amarah warga Desa Gunungsembung, distrik Pamanukan itu sudah tak tertahankan lagi akibat aturan cukai petani di tanah partikelir Pamanukan dan Ciasem.

Saat melintasi rumah wedana, rombongan tersebut dihentikan dan ditanya ihwal kedatangan mereka ke Subang.

"Mereka menerangkan bahwa akan ke tempat Kontrolir untuk menuntut penurunan cukai dan uang kolong. Mereka mengemukakan bahwa mereka hanya akan membayar 2 pikul padi untuk setiap bau pada waktu panen dan hanya akan membayar uang kolong f 1," demikian laporan Residen Batavia H Rijfsnider kepada Gubernur Jenderal AWF Idenburg pada 10 September 1912 dinukil dari Laporan-Laporan tentang Gerakan Protes di Jawa Pada Abad XX dari Arsip Nasional Republik Indonesia.

Baca Juga: Pemberontakan Tambun Bekasi, Bara Protes Petani Merebut Tanah Partikelir Antara Citarum-Cisadane

Tak cuma ngontrog, Ba Eming bahkan berani menghina bupati dan menyebutnya telah menerima uang sogok dari tuan tanah.

Meski berhasil dibujuk pulang kembali oleh Wedana Subang, ia justru mendatangi rumah demang dan mengancam bakal membunuh juru taksir pribumi yang tengah berkunjung di sana apabila berani memungut cukai sawah Ba Eming.

Selang sehari kemudian, ia dicokok dan senjata-senjata yang dianggap pusaka dan dipakai oleh para pengikutnya tersebut disita asisten residen. "Keadaan masyarakat tetap tegang," tulis laporan itu.

Betul saja, pada 29 dan 30 Agustus, sekira 70 orang mendatangi tempat bupati dengan tuntutan serupa. Lagi, pemimpin mereka ditangkap dan para pengikutnya dibebaskan.

Baca Juga: LRT Palembang Terancam Mangkrak, Indonesia Masuk dalam Jebakan Infrastruktur

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat