kievskiy.org

Denyut Literasi di Kios Buku Bekas Jalan Pancasila Kota Tasikmalaya Menolak Ambyar

Penjual buku mencarikan pesanan pembeli di kios buku bekas di Jalan Pancasila, Kota Tasikmalaya, Senin (20/1/2020). Dengan segala keterbatasan dan sepinya pembeli, dua kios buku bekas di jalan tersebut tetap bertahan.*
Penjual buku mencarikan pesanan pembeli di kios buku bekas di Jalan Pancasila, Kota Tasikmalaya, Senin (20/1/2020). Dengan segala keterbatasan dan sepinya pembeli, dua kios buku bekas di jalan tersebut tetap bertahan.* /BAMBANG ARIFIANTO/"PR"

PIKIRAN RAKYAT - Hilman Nasir, 39 tahun, tak berhenti mengaduk-ngaduk tumpukan buku di dalam kiosnya. Setelah menemukan buku yang dirasanya sesuai pesanan pembeli, ia keluar dan meletakkannya di kursi depan kiosnya.

Rasa penasaran membuat ia kembali menelusuri deretan buku lain yang berada di lemari kios. Pandangannya menyapu setiap judul yang tertera di tepi buku. Lagi, ia mendapati buku yang diperkirakannya cocok dan segera ditaruh di kursi.

Pembeli hanya tinggal memelototi buku yang berserak di tempat duduknya. Siang itu, Hilman mendapat permintaan mencarikan buku terkait jurnalistik dan dunia kewartawanan. Ia yang awalnya hanya duduk di sepeda motor depan kios segera bergegas membongkar buku-buku tua koleksinya yang bertumpuk dan bertebaran di mana-mana.

Baca Juga: Sekolah Misbar, Tiap Gerimis Langsung Bubar

Begitulah keseharian Hilman Nasir, pemilik Kios Hilman Book's Centre saat ditemui di kiosnya, Jalan Pancasila, Kota Tasikmalaya, Senin 20 Januari 2020. Di jalan yang berdampingan dengan jalur rel kereta api tersebut, hanya ada dua kios buku lawas yang berdiri.

Keberadaan pun tak mencolok di tengah deretan kios-kios komoditas lain. Hanya tumpukan buku dan majalah bekas yang bisa menjadi penanda adanya denyut usaha terkait literasi yang bersaing dengan hiruk pikuk lalu lalang kendaraan dan lengkingan kereta api yang melintas di sana.

Hilman mengaku terjun dalam dunia jual beli buku bekas sejak 2007. Awalnya, pria Tasikmalaya tersebut membuka lapak buku di kawasan Kompleks Olah Raga Dadaha. Kebutuhan hidup dan niat mencari nafkah menjadi motif utama ia berkecimpung dalam bisnis jual beli buku lawas.

Baca Juga: Usai Tak Lagi Jadi Anggota Kerajaan, Pangeran Harry Terlihat Kunjungi Sebuah Pub di London

Hanya setahun di Dadaha, ia lalu pindah ke Jalan Pancasila.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat