kievskiy.org

Ironi Kabupaten Tasikmalaya, Ribuan Sekolah Rusak tapi Silpa Membengkak

SEORANG guru memandangi ruang kelas SD Negeri 3 Cigorowong yang rusak di Kampung Sukamaju, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa 4 Februari 2020. Kondisi bangunan SD tersebut memprihatinkan karena rusak tertimpa pohon tumbang dan lapuk sehingga ditopang bambu.*
SEORANG guru memandangi ruang kelas SD Negeri 3 Cigorowong yang rusak di Kampung Sukamaju, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Selasa 4 Februari 2020. Kondisi bangunan SD tersebut memprihatinkan karena rusak tertimpa pohon tumbang dan lapuk sehingga ditopang bambu.* /BAMBANG ARIFIANTO/PR

PIKIRAN RAKYAT - Rusaknya ribuan sekolah di Kabupaten Tasikmalaya menyisakan ironi. Kendati berdalih dana terbatas, penyerapan anggaran Kabupaten Tasikmalaya justru ditengarai rendah atau menyisakan ‎sisa lebih pembiayaan anggaran (Silpa) pada 2019‎.

Seperti diketahui, Pikiran-Rakyat.com kembali mendapati‎ kondisi bangunan sekolah yang memengenaskan di Sekolah Dasar Negeri 3 Cigorowong, Kampung Sukamaju, RT 01 RW 03, Desa Sukamukti, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya.

Dua ruang kelas SD tersebut rusak tertimpa pohon tumbang dan dua kelas lainnya ditopang bambu karena bangunan yang telah lapuk.

Baca Juga: Inovasi Teknologi Terus Dilakukan untuk Perangi Kanker, Nina: Agar Tak Perlu Antri Panjang

Rohyana, guru kelas V1 SD Negeri 3 Cigorowong mengungkapkan, kejadian tumbangnya pohon yang menimpa kelas I dan II tersebut terjadi pada Senin 3 Februari 2020, pukul 14.00 WIB.

Pohon Albasia yang tumbuh di belakang sekolah ambruk dan menimpa atap dua kelas itu setelah diguyur hujan dan diterjang angin saat itu. Akibatnya, kedua kelas rusak dengan kondisi genting pecah-pecah dan plafon atau langit-langit yang berlubang. Beruntung tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.

Rusaknya dua kelas itu menambah kondisi memprihatinkan SDN 3 Cigorowong. Pasalnya, dua kelas lain dalam keadaan terancam ambruk akibat bangunan yang telah lapuk. Dua ruang tersebut yakni kelas III dan IV bahkan telah ditopang bambu sejak dua bulan lalu.

Baca Juga: Singgung E-Budgeting, DPRD: Tidak Ada Lagi Input Keuangan Manual di DKI Jakarta

Bambu dipakai untuk menahan atap kelas yang sudah menggelembung atau turun. Lapuknya bangun ditengarai karena faktor cuaca yang terus hujan dan lembab.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat