kievskiy.org

Jabar Bakal Canangkan Urban Farming, Upaya Kendalikan Harga Komoditas Pangan

Ilustrasi urban farming.
Ilustrasi urban farming. /Pixabay/photoAC

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mencanangkan Jabar Urban Farming pada 19 Agustus 2022.

Hal itu sebagai upaya mengendalikan harga komoditas pangan yang fluktuatif dan menekan inflasi. Warga diminta menanam tiga jenis sayuran yaitu cabai, bawang merah, dan tomat di pekarangan masing-masing.

Urban farming tersebut merupakan bagian dari pemulihan ekonomi di tengah pandemi ditambah adanya guncangan kerang Rusia Ukraina. Di sisi lain, saat ini pertumbuhan ekonomi Jabar di semester ini di 5,6 persen. Inflasi sudah lewat 4 yaitu 4,94 persen tapi masih di bawah pertumbuhan.

"Jadi teorinya kalau inflasi lebih rendah dari pertumbuhan kita masih aman, kalau inflasi masih tinggi dari pertumbuhan persentasenya itu dalam permasalahan. Tapi karena guncangan di era masa kini lebih besar, ada guncangan suplai karena Rusia Ukraina. Ada masalah pandemi belum sebelumnya recovery, ini kami antisipasi," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil usai rapat pimpinan terkait ketahanan pangan dan inflasi Jabar di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa 9 Agustus 2022.

Baca Juga: Potret Masa Lalu Diduga AKP Rita Yuliana dengan Suami Sah Bocor, sang Polwan Cantik Ternyata Berstatus Janda?

Menurut dia, pihaknya telah menyiapkan skema pemulihan jangka pendek dan jangka panjang.

"Jangka pendeknya adalah mengendalikan komoditas-komoditas yang harganya fluktuatif, jadi tanggal 19 Agustus kita akan canangkan Jabar Urban Farming untuk menanam komoditas-komoditas di rumah yang kita beli oleh BUMD kita sehingga kekurangan yang selama ini diatur oleh hukum pasar bisa kita kendalikan sendiri," katanya.

Adapun komoditas-komoditas yang ditanam yaitu cabai, bawang merah dan juga tomat di halaman masing-masing.

"Bedanya dulu kalau sudah penuh dan panen dibawa ke mana, nah sekarang dibikin konsep sada yang ambil dan bayarnya. Itu yang enggak ada di gerakan urban farming dulu. Mayoritas dianggap mengkonsumsi, tapi ada kelompok yang enggak mau (menanam). Saya motivasi supaya mau tapi dibeli. Nanti ada aplikasi seperti octupus (jemput sampah plastik) tapi ini food suplai," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat