kievskiy.org

Petani di Kertajati Majalengka Kesulitan Menanam karena Kondisi Tanah

 Pembajak sawah tengah mengolah tanah sawah di Blok Cibatu, Kelurahan Munjul, Kecamatan Majalengka, Minggu (26/11/2023). Banyak areal sawah di wlayah Majalengka yang tingkat keasaman tanahnya cukup tinggi, kondisi tersebut sangat berpengaruh pada produksi gabah.
Pembajak sawah tengah mengolah tanah sawah di Blok Cibatu, Kelurahan Munjul, Kecamatan Majalengka, Minggu (26/11/2023). Banyak areal sawah di wlayah Majalengka yang tingkat keasaman tanahnya cukup tinggi, kondisi tersebut sangat berpengaruh pada produksi gabah. /Pikiran Rakyat/Tati Purnawati

PIKIRAN RAKYAT - Hampir semua kondisi tanah atau potensial of hydrogen (pH) di sawah yang berada di Kecamatan Kertajati, Majalengka, cukup tinggi, sehingga sebelum mengolah sawah jelang musim tanam (MT), rendeng para petani harus terlebih dulu membubuhkan kapur untuk menetralisir tanah.

Menurut keterangan Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Kertajati, Ali Imron, tingginya tingkat keasaman tanah diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan beberapa waktu lalu. Kondisi tersebut sangat memengaruhi tingkat produktivitas padi yang akan lebih rendah jika dibanding dengan tingkat keasaman yang seimbang atau paling tidak pH berada di posisi 6–7 agar tingkat kesuburannya bisa tinggi.

Tingginya tingkat keasaman tanah ini akibat perilaku petani yang terus-menerus menggunakan pupuk kimia serta pengaruh dari insektisida juga perstisida. Sedangkan penggunaan pupuk organik hampir minim, bahkan ada yang tidak bersedia sama sekali memanfaatkan pupuk organik dengan beragam alasan seperti halnya tingkat pertumbuhan yang lambat.

“pH tanah idealnya 6,5 atau 6 juga sudah bagu, hingga 7,8,” sebut Ali Imron.

Disampaikan Ali Imron, penggunaan bahan organik yang dimanfaatkan petani di sawahnya hanya sekira 0,06 persen saja, selebihnya penggunaan bahan kimia. Sehingga, wajar jika keasaman tanah cukup tinggi, padahal seharinyaorganik bisa mencapai sekira 5 persen.

Selama ini, karena keasaman tanah cukup tinggi, maka produksi gabah kering giling dari setiap hektarenya hanya sebanyak 6 tonan saja, padahal idealnya jika kondisi pH yang normal maka produksi bisa di capai 8 ton GKG dari setiap hektarenya.

Untuk mengurangi tingkat keasaman tanah, Ali menyebutkan, jelang musim tanam rendeng, pihaknya sudan meminta para petani untuk menambah pH atau zat kapur ditabur di sawah.

“Sekarang saja perkebunan mangga gedong gincu di Desa Mekarjaya ingin ekspor ternyata tidak bisa karena pertumbuhannya tidak baik, itu karena kadar pH terlalu tinggi,” kata Ali Imron,

Pengeringan masih dilakukan

Saluran Induk Sindupraja dan Cipelang yang airnya dialirkan dari Bendung Rentang masih dilakukan pengeringan, dampaknya para petani di wilayah Jatitujuh terlambat melakukan tanam karena air dipasok dari kedua saluran tersebut. Anggota DPRRI dari Komidi IV Sutrisno meminta PUTR melalui BBWS.
Saluran Induk Sindupraja dan Cipelang yang airnya dialirkan dari Bendung Rentang masih dilakukan pengeringan, dampaknya para petani di wilayah Jatitujuh terlambat melakukan tanam karena air dipasok dari kedua saluran tersebut. Anggota DPRRI dari Komidi IV Sutrisno meminta PUTR melalui BBWS.

Sejumlah petani di Kecamatan Jatitujuh belum bisa menggarap lahan karena curah hujan belum merata sedangkan pasokan air yang diandalkan dari SI Sindupraja dan Cipelang masih dilakukan pengeringan hingga 30 November 2023.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat