PIKIRAN RAKYAT-Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Rukun Warga dan Rukun Tetangga (ARWT) Indonesia, akan terus memperjuangkan peningkatan insentif para ketua RT (Rukun Tetangga) dan RW (Rukun Warga) se- Indonesia. Pasalnya, insentif yang saat ini didapat dari pemerintah sangat minim. Bahkan besaran insentif yang diterima dinilai tidak sebanding dengan beban berat yang diemban dalam menjaga kerukunan dan ketertiban warga di masing-masing wilayahnya.
"Para ketua RT dan RW itu sebagai garda terdepan di lingkungan warga. Tugas mereka cukup berat. Aya warga nu garelut (ada warga yang berkelahi) atau warga nu geuring (yang sakit), ketua RT dan RW lah yang mengurusnya. Sampai-sampai ada warga yang belum dapat BPJS Kesehatan, mereka yang dimarahi. Ketika Pemilu seperti sekarang ini, para ketua RT dan RW ikut disibukan dalam proses pelaksanaanya. Akan tetapi, insentif yang mereka dapat minim, jauh tidak sebanding dengan beban tugas yang mereka pikul," ujar Bendahara Umum DPP ARWT Indonesia A. Irwan Bola di Sumedang, Rabu 7 Februari 2024.
Berangkat dari keprihatinan itu lah, lanjut dia, dia bertekad dan sudah berupaya memperjuangkan peningkatan insentif para ketua RT dan RW se-Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Ada dua kapasitas yang dipakai untuk memperjuangkan perbaikan kesejahteraan para ketua RT dan RW. Selain melalui jalur organisasi Perkumpulan ARWT, juga dengan pencalonannya di DPD RI pada Pemilu sekarang ini.
Irwan Bola yang dikenal luas sebagai pengusaha bola (bola sepak) dari Majalengka menyebutkan, insentif yang diterima para ketua RT dan RW khususnya di Jabar rata-rata di kisaran Rp 150-200.000/ bulan. Terkecuali di Kabupaten Cianjur yang sudah menembus Rp 500.000/bulan.
"Insentif RT dan RW di Cianjur bisa Rp 500.000/bulan, hasil perjuangan pengurus ARWT Indonesia. Nah, kami akan memperjuangkan kenaikan insentif para ketua RT dan RW se-Jabar supaya merata Rp 500.000/bulan, seperti halnya di Cianjur," tuturnya
Sebetulnya, kata dia, nilai insentif sebesar itu adalah jumlah minimal. Idealnya, dua kali lipat, yaitu Rp 1 juta/ bulan. Terkait hal itu, ARWT sudah mengajukan peningkatan insentif RT dan RW Rp 1 juta/bulan. "Saya akan terus memperjuangkan peningkatan insentif RT dan RW, maksimal bisa menembus Rp 1 juta/ bulan," tuturnya dengan penuh semangat.
Bahkan bukan mustahil secara jangka panjang, insentif RT dan RW bisa diperjuangkan hingga menembus senilai UMR di Jawa Barat. Akan tetapi, anggarannya mesti bersumber dari APBN. "Sebab, kalau dianggarkan dari APBD, nonsense bisa terealisasi. Jadi, harus dari APBN, " ujar Irwan.
Menurutnya, upaya meningkatkan insentif sampai standar maksimal apalagi sampai senilai UMR, bukan isapan jempol belaka. Sebab, dirinya tahu persis kondisi keuangan APBN di pemerintah pusat. Dari sekira Rp 3.000 triliun anggaran di APBN, Rp 1.000 triliun di antaranya dialokasikan ke daerah, berupa DAU (Dana Alokasi Umum), DAK (Dana Alokasi Khusus), Dana Desa, dan lain sebagainya.
Lebih jauh Irwan Bola menegaskan, uang negara itu uang rakyat, termasuk uang para ketua RW dan RT juga. Uang tersebut menjadi "rebutan" di daerah. Oleh karena itu, anggaran yang besar tersebut harus ada yang mengawal.
"Kami akan me-manage RT dan RW sekaligus meningkatkan kapasitasnya, supaya anggaran yang besar itu bisa dialokasikan pula untuk peningkatan insentif para ketua RT dan RW, khususnya se-Jabar," ucap pengusaha yang produksi bola sepaknya pernah dipakai Piala Dunia di Prancis tahun 1998 silam.
Ia menambahkan, dirinya juga berupaya seoptimal mungkin meningkatkan kapasitas RT dan RW supaya mereka dihormati, layaknya kepala desa dan BPD. Upaya lainnya, akan lebih mensinergiskan sekaligus mengolaborasikan peran RT dan RW dengan Pemerintahan Desa dan BPD.
"Memang kolaborasinya sudah jalan, tapi secara formal belum. Ini juga yang akan saya upayakan," tutur Irwan Bola yang aktif di beberapa organisasi.***