kievskiy.org

Soroti Reshuffle Kabinet dan Jabatan Menkes, Pengamat: Penyerang Ditumpuk, Pertahanan Dilupakan

Budi Gunadi saat menjabat Direktur Utama Bank Mandiri. Kini, ia menjabat Menteri Kesehatan.
Budi Gunadi saat menjabat Direktur Utama Bank Mandiri. Kini, ia menjabat Menteri Kesehatan. /ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Dilihat dari momentum waktu pergantian (reshuffle) beberapa pos kementerian, sepertinya pengendalian Covid-19 dan pemulihan ekonomi menjadi motif yang melandasi keputusan Presiden Joko Widodo. 

Akan tetapi, motif tersebut menjadi kabur jika melihat komposisinya, di luar fakta ada pos menteri yang kosong. Bukan karena pos Kementerian Perdagangan dan Pariwisata & Ekonomi Kreatif tapi karena pos Kementerian Kesehatan yang justru paling disorot saat ini.

Demikian analisis yang disampaikan Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia Prof Dr Karim Suryadi, MSi, Rabu, 23 Desember 2020, terkait keputusan reshuffle yang dilakukan Jokowi.

 Baca Juga: Update Covid-19 Dunia 24 Desember 2020: Total Kasus Virus Corona 78,9 Juta Jiwa

“Hal ini bisa dijelaskan dengan dua acara. Pertama, masuknya orang mantan kabinet SBY serta rival Jokowi dalam Pilpres lalu tidak mengejutkan karena Jokowi sudah lama rujuk dengan kubu dan kekuatan  yang sebelumnya berseteru. Dengan dalih gotong royong, mereka yang  berseberangan diraih, dan diperankan sebagai sekutu politik dalam pilkada. Sandiaga misalnya, ditarik jadi timses pilkada keluarga istana. Menurut saya, dilihat dari kapasitasnya, Menteri Perdagangan dan Menteri Pariwisata & Ekonomi Kreatif yang baru menjanjikan,” ucap Karim menguraikan.

Kedua, lanjut Karim, Jokowi tampak seperti manajer kesebelasan yang panik karena waktu bertanding sudah “injury time” tapi masih tertinggal. Dalam situasi demikian, ia justru mengangkat orang yang pernah disebutnya sebagai bankir senior pada pos Menkes.

“Ini tak ubahnya seperti menumpuk striker (penyerang) dan melupakan benteng pertahanan. Boleh saja Menkes yang baru jago dari sisi manajemen perusahaan, tapi pastilah tidak punya pengalaman dan kapasitas mengelola rumah sakit dan berinteraksi dengan dokter, paramedis atau mengurusi masalah kesehatan. Timbul pertanyaan, apakah akan didorong komersialisasi kesehatan termasuk vaksin?” katanya.

 Baca Juga: Perwakilan Kemenkeu Jabar Kumpulkan Donasi Rp206 Juta, Bantu UMKM dan Masyarakat Terdampak Covid-19 

Angsa liar

Jadi,  Karim menegaskan, reshuffle tidak menumbuhkan sentimen positif pada benak publik, karena ada jejak-jejak pertimbangan yang sulit dilacak. Masalah ini berpotensi menimbullkan kemelut komunikasi politik yang sudah kerap terjadi selama ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat