kievskiy.org

IPB Bantu Proses Pencarian Sriwijaya Air Menggunakan Alat Echosounder

Pantauan udara di sekitar lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.*
Pantauan udara di sekitar lokasi yang diduga tempat jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182.* /PRMN/Aldiro Syahrian

PIKIRAN RAKYAT - Institut Pertanian Bogor (IPB) turun tangan membantu proses pencarian pesawat Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJ 182. Sebagaimana diketahui, pesawat Sriwijaya Air dengan rute penerbangan Jakarta–Pontianak jatuh di perairan Pulau Seribu tak jauh dari lokasi keberangkatan.

IPB dalam kapasitasnya yang terbatas juga turut berpartisipasi dengan mengirimkan utusan pencarian yang dipimpin Dr Syamsul Bahri Agus, Kepala Program di Pusat Studi Bencana (PSB), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University.

Dr Syamsul Bahri bekerjasama dengan masyarakat Pulau Lancang melakukan pencarian dengan menggunakan alat pendeteksi echosounder. Dengan peralatan ini, paling tidak upaya penelusuran berbagai obyek dapat dilakukan sehingga semua lokasi sebaran dari berbagai benda yang berasal dari pesawat SJ bisa dikumpulkan.

Baca Juga: Usai Kebijakan WhatsApp Wajibkan Setor Data ke Facebook, Turki Langsung Luncurkan Penyelidikan

“Lokasi yang diduga titik jatuh dan sebaran puing-puing pesawat bersubstrat berlumpur dengan tingkat visibility rendah. Sehingga harus dilakukan secara teliti atau dapat memastikan obyek benda atau bukan. Tim berada di lapangan untuk bersama-sama dengan pihak lain melakukan pencarian,” ujar Syamsul Bahri dalam siaran pers yang diterima “PR”, Senin 11 Januari 2021.

Pada Minggu 10 Januari 2021 pagi pukul 08.00 WIB, Tim Ilmu Kelautan IPB University berhasil mendeteksi paparan logam di dasar perairan Pulau Lancang. Lokasi tersebut berada di arah selatan lepas pantai Pulau Lancang, sejauh 8 mil dari bibir pantai pulau tersebut.

“Ada objek mencurigakan yang kami yakini adalah logam yang merupakan bagian besar dari Pesawat Sriwijaya. Objek tersebut terdeteksi sepanjang sekitar 1 mil di radius pendeteksian. Deteksi data logam berat tersebut dilakukan oleh alat instrumen kelautan sederhana Echo Sounder Aquamap 80 Garmin. Data-data tersebut kemudian kami berikan kepada tim pencarian Kopaska TNI AL dan juga tim Basarnas,” imbuhnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat