kievskiy.org

Bahas Posisi Agama di TWK KPK, Ketum Muhammadiyah: Apakah Kita Ingin Pecah Sebagai Bangsa?

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir meminta pemerintah tidak salah kaprah dalam melawan paham radikal-ekstrem.
Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir meminta pemerintah tidak salah kaprah dalam melawan paham radikal-ekstrem. /Kolase foto logo KPK dan Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir.

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Umum Pimpinan Pusat (Ketum PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyinggung soal posisi agama dan umat beragama dalam tes wawasan kebangsaan (TWK) yang diselenggarakan pemerintah setiap mengangkat aparatur sipil negara (ASN).

Tes wawasan kebangsaan baru-baru ini dijalani oleh pegawai KPK yang mesti beralih status menjadi ASN seusai amanat UU Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK.

Namun, TWK KPK mengundang kontroversi karena pegawai-pegawai yang dikenal berintegritas dan punya reputasi membongkar kasus-kasus besar, justru tidak lolos tes tersebut.

Banyak yang menduga TWK KPK sengaja dijadikan alat untuk melemahkan KPK yang gelagatnya sudah tercium publik sejak rencana revisi UU KPK pada tahun 2019.

Baca Juga: Hari Kesaktian Pancasila 2021: Sumur Maut di Lubang Buaya dan Saksi Tewasnya Tujuh Jenderal

Terbaru, beredar kabar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penguji saat TWK KPK tidak berhubungan dengan kompetensi pegawai dalam melakukan kerja-kerja pemberantasan korupsi.

Eks juru bicara KPK Febri Diansyah mengungkapkan bahwa salah satu pertanyaan yang diajukan penguji di TWK adalah. "Pilih Al-Qur'an atau Pancasila?"

"Sampai hari ini tidak ada penjelasan yang clear dari penyelenggara tes ttg pertanyaan2 kontroversial tsb. Wawasan Kebangsaan apa yg dikehendaki? Sungguh menyedihkan," cuit akun Twitter @febridiansyah pada 1 Juni 2021.

Baca Juga: Pembatasan Speaker Masjid Picu Kontroversi, Menteri Arab Saudi: Suara Bising Mengganggu Anak-anak

Haedhar Nashir mengatakan, TWK semestinya memposisikan agama secara objektif dan sejiwa dengan Pancasila dan konstitusi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat