kievskiy.org

Dalami Potensi Etnik Dalam Membangun Kemerdekaan

PONTJO Sutowo selaku Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) memaparkan pandangannya dalam serial diskusi panel.*
PONTJO Sutowo selaku Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) memaparkan pandangannya dalam serial diskusi panel.*

JAKARTA, (PRLM).- Setiap orang mau tidak mau akan lahir sebagai warga suatu etnik. Baru kemudian setelah melalui sosialsasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita menjadi warganegara. Bahayanya kalau proses sosialisasi itu dihentikan. Artinya akan muncul semangat etnik yang berlebihan dan merosotnya semangat kebangsaan. Demikian diungkapkan Pontjo Sutowo selaku Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) dalam diskusi panel serial i Room Merak, Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (7/11/2015). Selain Pontjo Sutowo, diskusi itu menghadirkan pembicara Dr. Riwanto Tirtosudarmo, Prof.Dr.Ki. Sri Edi Swasono dan pengurus YSNB Imam. Sementara tema yang diangkat dalam diskusi tersebut, yakni “Membangun Budaya Bangsa dan Nilai Keindonesiaan Demi Masa Depan Bangsa“. Pembahasannya menyangkut kultural Pancasila dengan sejarah peradaban Indonesia yang bermasyarakat majemuk Menurut Pontjo, Bagaimana pun etnik dan etnitas adalah komponen antropologis dari bangsa, yang merupakan infrastruktur dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Berbangsa dan bernegara itu sendiri adalah merupakan suprastruktur kebersamaan dari seluruh etnik tersebut. "Perlu kita ingat ,bahwa keseluruhan wacana para pendiri negara dalam tahun 1945 pada dasarnya berkisar pada upaya mencari suatu format kehidupan berbangsa dan bernegara yang mampu mewadahi, memayungi, serta mendayagunakan seluruh potensi etnik ini. Dengan kata lain, sikap dasar para pendiri negara terhadap masalah keanekaragaman etnik ini adalah konstruktif, bukan pesimis, pasti tidak negatif," ujar Pontjo. "Secara pribadi saya berpendapat bahwa kekhawatiran kita terhadap masalah etnik ini yang timbul pada era pasca proklamasi bukan saja disebabkan oleh karena kita kurang mendalami keseluruhan latar belakang filsafat para pendiri negara kita itu. Tetapi juga oleh karena kita kurang mendalami potensi serta sumbangan demikian banyak etnik dalam perjuangan membangun dan membela kemerdekaan kita terhadap demikian banyak ancaman, yang datang dari luar maupun dari dalam negeri kita sendiri," tamahnya. "Rasanya ada dua hal yang perlu kita dalami dalam hubungan antara keanekaragaman etnik dengan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita, yang memilih bentuk negara kesatuan. Pertama hubungan kekuasaan antara etnik mayoritas dengan etnik minoritas. Etnik mayoritas hampir secara otomatis akan terpilih untuk menduduki lembaga-lembaga negara di tingkat nasional dan berpotensi akan mengabadikan atau melanggar eksistensi dan hak etnik minoritas. Kedua, menemukan formula yang mumpuni, sehingga seluruh etnik ini bisa merasa nyaman dalam lindungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.(Munady/A-147)****

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat