kievskiy.org

Korban Bom Thamrin Masih Trauma

AKIBAT pecahan kaca Dina, mendapatkan 12 jahitan untuk menutup lukanya.*
AKIBAT pecahan kaca Dina, mendapatkan 12 jahitan untuk menutup lukanya.*

JAKARTA, (PRLM).- Satu bulan setelah serangan bom dan senjata di Kawasan Thamrin Jakarta Pusat, korban selamat dalam peristiwa tersebut masih harus menjalani perawatan untuk memilihkan kondisi psikis mereka. Wartawan BBC Indonesia, Sri Lestari dan Rebecca Henschke mengunjungi korban bom Thamrin di kediamannya. Kamis, 14 Januari lalu, Andi Dina Noviana memilih untuk bekerja di luar kantor. Sebagai karyawan di perusahaan yang bergerak di media sosial, Dina, dapat bekerja di mana saja. Pagi itu dia memilih Starbucks coffee sambil menikmati sarapan. Ketika dia sibuk mengetik dengan laptopnya, tiba-tiba terjadi ledakan dan seluruh ruangan menjadi gelap. “Saya tidak menyangka itu merupakan ledakan bom, lalu saya tinggalkan semua barang-barang saya dan mencari jalan keluar, saya melompat dari jendela yang pecah dan penuh dengan serpihan kaca,” kata Dina. Setelah itu dia berlari menjauh dari lokasi. “Panik, karena di dalam ada ledakan di luar juga ada ledakan,” kata Dina. Tak lama setelah ledakan pertama di dalam Starbucks Coffee, terjadi ledakan kedua di Pos Polisi Jln. Thamrin yang terletak di depan pusat perbelanjaan Sarinah. “Saya berlari saja tak tahu mau ke mana pakaian robek dan banyak darah di lengan saya yang terluka, tapi akhirnya saya kembali ke dekat lokasi dan meminta tolong kepada orang yang sedang mengevakuasi korban lain,” jelas perempuan berusia 30 tahun ini. Dina kemudian dibawa ke RS YPK Menteng dan mendapatkan 12 jahitan di bagian bahunya yang terluka akibat pecahan kaca. Satu bulan setelah ledakan bom di Thamrin, Dina masih belum bekerja dan masih sering merasa takut. “Kalau tidur tak berani gelap sekarang suka terbayang ketika ledakan bom ruangan gelap, lalu seperti ada yang mengikuti saya,” kata Dina, “Kalau bertemu dengan banyak orang saya suka panik, seperti keluar rumah lalu ada tetangga datang tanya-tanya soal kabar, saya lalu panik, kalau jalan di keramaian saya juga terus menunduk,” tuturnya. Ibu Dina, Nur Heryani mengatakan sampai saat ini Dina tidak mau ditinggal sendiri di rumah. "Harus ada yang nunggu, kalau tidak saya ya kakaknya, dulu juga tak mau buka laptop karena ingat kejadian, sekarang sudah mulai kuat," ungkap Nur. Sampai saat ini Dina juga masih harus menjalani konseling rutin dengan psikiater di RS Polri Kramat Jati. Keluhan mengenai rasa takut yang tak kunjung hilang disampaikan Dina kepada tim psikolog dan medis kepolisian yang mengunjunginya kediamannya di Jakarta Utara. Desi Tri Ambarwati, psikolog dari Polda Metro Jaya mengatakan keluhan yang dialami Dina seringkali terjadi pada korban yang mengalami kejadian yang luar biasa seperti serangan bom. "Secara psikologis ada yang dikeluhkan paranoid, cemas takut, gangguan tidur, itu wajar karena dia mengalami kejadian yang luar biasa itu butuh proses recovery yang agak lama, tapi memang butuh motivasi yang kuat untuk dapat pulih," jelasnya. Dalam satu bulan ini, tim penanganan korban bom Thamrin yang dibentuk kepolisian berkeliling menemui puluhan korban selamat secara bergiliran, untuk memeriksa kesehatan dan kejiwaan mereka. Koordinator tim penanganan korban bom Thamrin dr. Musafak mengatakan ini merupakan pertama kali dilakukan oleh kepolisian, meski Indonesia telah berulang kali mengalami serangan bom sejak awal tahun 15 tahun lalu. "Ya ini merupakan perintah dari Kapolri, agar para korban mendapatkan penanganan yang intensif agar bisa pulih secara fisik dan psikologis, langkah ini akan kita lakukan juga jika ada peristiwa serupa," ucap Musafak. Desi mengatakan kondisi psikis korban serangan bom seharusnya dipantau secara terus menerus sampai pulih dan bisa kembali beraktivitas tanpa mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan.(bbc/A-147)**

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat