kievskiy.org

DBD Masih Menghantui, Penderita di Sleman dan Yogyakarta Naik Dua Kali Lipat

PETUGAS Dinkes Sleman saat melakukan monitoring jentik nyamuk di salah satu rumah warga di Belacatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Jumat (12/2/2016). Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman dan Dinkes Kota Jogja menyatakan kasus penderita DBD terus meningkat dalam dua bulan terakhir.*
PETUGAS Dinkes Sleman saat melakukan monitoring jentik nyamuk di salah satu rumah warga di Belacatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta, Jumat (12/2/2016). Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman dan Dinkes Kota Jogja menyatakan kasus penderita DBD terus meningkat dalam dua bulan terakhir.*

YOGYAKARTA, (PRLM).- Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman menyatakan kasus penderita demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat dalam dua bulan terakhir. Jika selama Januari hanya tercatat 29 kasus, hingga kini jumlah pasien DBD tercatat 71 kasus. Dari jumlah tersebut, korban meninggal dunia masih tercatat satu orang. “Korban meninggal akibat telat mendapat perawatan,” kata Kepala Dinkes Sleman, Mafilindari Nuraini di Sleman, Minggu (14/2/2016). Mafilindari mengatakan, jika sebelumnya Dinkes memetakan 12 kecamatan endemis DBD saat ini tidak ada satupun kecamatan yang bebas DBD. Artinya, sambung Linda, 17 kecamatan di wilayah Sleman terjangkit kasus penyakit tersebut. Keberadaan wabah DBD di sejumlah kecamaan ini dibuktikan dari hasil tim monitoring yang dilakukan Dinkes di beberapa wilayah. Salah satunya di padukuhan Jaten, Sedangadi. Dari 113 rumah dan pekarangan terdapat 39 rumah yang positif jentik. Angka bebas jentik (AJB) di wilayah tersebut baru mencapai 65 persen. Sementara di Balecatur, Gamping, dari 107 rumah ditemukan 32 rumah positif jentik dengan nilai AJB hanya 71 persen. Melihat kondisi tersebut, kata dia, saat ini pihaknya sedang meningkatkan monitoring terhadap keberadaan sarang nyamuk. Hal tersebut dilakukan untuk menekan penyebaran nyamuk pembawa penyakit DBD, Aedes aegypti. Selain meningkatnya kasus DBD, temuan jentik nyamuk di lingkungan pemukiman juga masih tinggi. "Dengan temuan ini dari sampel yang diambil secara acak, belum memenuhi standar ABJ (Angka Bebas Jentik) sebesar 95 persen," ungkapnya. Linda menjelaskan peningkatan capaian ABJ membutuhkan kepedulian seluruh masyarakat. Terutama untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus rutin yang dilakukan minimal seminggu sekali. Hal ini disebabkan perkembangan larva menjadi nyamuk dewasa hanya membutuhkan waktu lima sampai tujuh hari. Sementara itu, seorang warga Kota Yogyakarta meninggal dunia akibat menderita demam berdarah dengue dan sepanjang Januari tercatat 68 kasus demam berdarah di wilayah. Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia di Yogyakarta menuturkan, sudah melayangkan surat edaran ke kelurahan, kecamatan dan puskesmas untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit demam berdarah. Kondisi cuaca yang kerap berubah-ubah meskipun saat ini memasuki musim hujan, kata Fita, juga memicu perkembangbiakan nyamuk termasuk nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus demam berdarah. "Oleh karena itu, gerakan 3M harus terus dilakukan yaitu menutup tempat penampunga air, mengubur barang bekas yang bisa menampung air meskipun sedikit, dan menguras tempat penampungan air secara berkala," katanya. (Wilujeng Kharisma/A-88)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat