kievskiy.org

Tumpah Ruahnya Para Pemburu Gerhana Matahari

FENOMEN alam dikemas dalam berbagai bisnis, termasuk penjualan cenderamata di Belitung.*
FENOMEN alam dikemas dalam berbagai bisnis, termasuk penjualan cenderamata di Belitung.*

BELITUNG, (PRLM).- Sudah tiga kali Beata Heckmann, seorang perempuan Polandia paruh baya yang tinggal di Hamburg, Jerman, menyaksikan gerhana matahari total, dan ia selalu terpesona. “Saya sudah sejak lama menyiapkan perjalanan ke Belitung ini, untuk melihat GMT,” kata Beata, saat ditemui di tepian laut Pantai Tanjung Kelayang, Belitung. Ia mungkin tergolong pemburu GMT sejati dan di Belitung ini dia menyaksikan yang keempat kalinya. “Sejak saya pertama kali menyaksikannya tahun 1999 di Jerman, saya selalu merasa tersihir. Fenomena alam yang luar biasa, sensasional, tak terbayangkan dengan kata-kata," ujar Beata. Sesudah itu dia mengaku jadi seperti ketagihan dan selalu mengecek perkiraan kapan lagi akan terjadi GMT dan memburunya. “Dan untuk Gerhana Matahari Total kali ini, saya memilih Belitung,” kata Beata. “Saya juga ingin berbagi pengalaman luar biasa itu bersama anak saya, dan cucu saya,” katanya seraya menoleh kepada Daria Radwanska, dan anak remajanya, Eliza. Lewati media playerBantuan media playerDi luar media player. Tekan enter untuk kembali atau tab untuk melanjutkan. “Kalau buat saya ini yang pertama. Juga pertama buat anak saya, Elizakata," ujar Daria sembari terneyum “Saya tidak sabar ingin mengalami papa yang dialami ibu saya, sampai tiga kali. Semoga saja cuacanya bagus," kata Daria. Perempuan dari tiga generasi ini akan menyaksikan gerhana dari pantai Tanjung Kelayang. Lain lagi Jozica Rus, perempuan dari Slovenia. Sehari sebelum gerhana ia menikmati Pantai Kelayang, namun pada saat gerhana memilih untuk mengamatinya dari sebuah puncak bukit mengingat pemerintah daerah Belitun juga menyiapkan sejumlah bukit sebagai titik pengamatan. Jozica datang dari Slovenia bersama suaminya, Tony, dan dua bocah perempuan mereka. “Saya baru sekali menyaksikan gerhana, di Austria, beberapa tahun lalu. Dan ini kesempatan saya menyaksikannya lagi sepanjang hidup saya, dan saya tak mau melewatkannya,” katanya. Dijelaskannya, suaminya, sudah empat kali menyaksikan gerhana. “Dia sungguh-sunggu seorang pemburu gerhana,” kata Jozica sambil tertawa. Sedang Stan Herring, seorang warga Australia yang tinggal di Jakarta, mengaku pernah menyaksikan GMT pada masa kecilnya dulu. “Tapi saya masih ingat, betapa luar biasanya peristiwa itu. Nah kebetulan sekarang tinggal di Jakarta, ya kami pun ke Belitung untuk menyaksikannya.” Stan, seorang warga Australia yang menikahi seorang perempuan Indonesia, datang bersama rombongan beranggotakan tujuh orang. Salah seorang dalam rombongan Stan, Ari Sudjono, mengungkapkan mereka sudah menyiapkan perjalanan sejak Januari. “Kami tidak mau kehilangan momentum, dan tak mau kehabisan kamar hotel. Jadi sejak Januari kami sudah memesan tiket pesawat dan kamar hotel.” Pemesanan lama juga dilakukan Purwanto, dari Pekalongan, yang datang dalam rommbongan keluarga besar. “Saya tidak ingat lagi kapan tapi sudah lama pesannya. Kalau tidak, mana kebagian kamar. Lihat saja, semuanya penuh sekarang,” jelas Purwanto yang saat ditemui baru saja merapat dengan perahu yang membawa rombongan mereka ke Pulau Lengkuas –salah satu tujuan wisata popular Belitung. Wisatawan dalam negeri yang datang sengaja datang ke Belitung untuk melihat Gerhana Matahari Total diperkirakan mencapai 4.000-5.000 orang, setidaknya empat kali lipat dibanding hari-hari biasa.(bbc/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat