kievskiy.org

Target Utama Tito: Buru Kelompok Santoso

JAKARTA, (PR).- Kepala Kepolisian Tito Karnavian mau tetap fokus menghadapi kelompok terorisme yang berkembang di Indonesia. Dia ingin proaktif mengedepankan fungsi-fungsi intelijen dan satuan bina masyarakat (binmas). "Kejahatan yang berimplikasi kontigensi akan jadi fokus utama saya seperti terorisme, konflik intoleransi, konflik massal. Langkah-langkah yang akan kita lakukan adalah proaktif, mengedepankan fungsi-fungsi intelijen, binmas. Lebih banyak mencegah daripada yang terjadi," kata Tito di Istana Negara, Jakarta, Rabu 13 Juli 2016. Namun, ketika hal-hal itu terjadi, Tito juga menjanjikan akan melakukan penegakan hukum secara profesional tanpa menimbulkan masalah baru. "Jangan sampai ada peristiwa massal kemudian kita salah penanganannya, korban banyak. Itu menimbulkan masalah baru namanya," katanya. Memburu Santoso dan kelompoknya juga masih menjadi target utama Tito. Kelompok teroris ini menurut dia sedang tertekan. Tito menjelaskan, dulu kelompok Sanntoso melakukan inisiatif penyerangan. Sekarang ini, sejak adanya operasi Camar, Tinombala, pengerahan pasukan, tidak ada lagi serangan ke masyarakat. "Yang ada, sekarang mereka tertekan, dari 47 orang, sekarang tinggal 21 orang kalau saya tidak salah. Itu menunjukkan bahwa operasi ini efektif. Kalau masalah penangkapan Santoso, ini masalah medan, hanya masalah waktu saya kira. Kita akan tetap tingkatkan operasi ini, sampai dengan selesai, baik yang bersangkutan tertangkap hidup atau mati," katanya. Demi kemaslahatan banyak orang, Tito berharap sebaiknya Santoso dan kelompoknya lebih baik turun gunung dan menghadapi proses hukum yang berlaku. "Bukan menyerah, bukan. Demi kemaslahatan ummat yang ada di sana," katanya. Sementara itu, ISIS yang ada di Indonesia menurut Tito harus tetap diwasapadai. Soalnya fenomena ISIS, fenomena global. Tito mengatakan saat ini polri sudah punya jaringan pendukungnya, di beberapa negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. "Sepanjang ISIS itu masih eksis di Timur Tengah, konflik di Timteng ada, maka kita mendapat tumpahan-tumpahannya saja. Oleh karena itu kita menekan semaksimal mungkin jaringan yang ada di Indonesia," kata Tito. Namun, sejago-jagonya intelijen, Tito memperkirakan ada saja kemungkinan yang lolos. Paling tidak hal itu menurut dia terlihat terjadi di Amerika, London, dan Perancis. Itu sebabnya, dia berharap kerja sama intelijen di tingkat Asia Tenggara juga dipererat.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat