kievskiy.org

Kemarau Basah, Kasus DBD Cenderung Naik

YOGYAKARTA, (PR).- Berdasarkan data korban Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bantul, dalam rentang waktu tiga tahun terakhir jumlahnya cenderung naik. Faktor kemarau basah sepanjang tahun, ditengarai sebagai salah satu sebab tingginya kasus DBD yang alami warga Projotamansari. Dari data yang tercatat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul, pada 2014 lalu terdapat 622 korban DBD yang tercatat di dinas. Pada tahun berikutnya (2015), jumlah kasus DBD di Bantul melonjak drastis hingga 1441 kasus sepanjang tahun. Sementara tahun ini, hanya dalam rentang tujuh bulan hingga Juli sudah tercatat 1348 warga yang terkena DBD. Menurut Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinkes Kabupaten Bantul, Prambudi Darmawan, tingginya angka DBD di Kabupaten Bantul disebabkan karena faktor musim. Apalagi sepanjang tahun, kata dia, setidaknya sampai Agustus ini di wilayah Bantul masih sering dijumpai hujan. Sementara kasus DBD selama ini memang banyak dijumpai pada saat musim penghujan. "Kalau (intensitas) hujan reda, pasti jumlah kasus DBD akan turun," ucapnya, Jumat, 26 Agustus 2016. Dengan masih tingginya kasus DBD yang menjerat warga Bantul. Prambudi mengimbau ke warga untuk rutin mengadakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pasalnya upaya pencegahan seperti PSN dinilainya lebih efektif ketimbang cara lainnya. "Untuk mengkampanyekan PSN, dari Dinkes tidak henti-hentinya. Sosialisasi dari kami untuk rutin melakukan PSN terus kami lakukan," katanya. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Banguntapan, Puthut Damarjati menuturkan, meskipun desanya termasuk kawasan endemis DBD, namun hingga kini pihaknya belum mendapat laporan masuk perihal kasus DBD. Terakhir pihaknya menerima laporan adanya 16 warga yang terkena DBD pada bulan lalu, yang satu di antaranya (warga pendatang) meninggal dunia. Pasca laporan terakhir itu, Puthut mengaku belum mendapatkan laporan lagi, meskipun pada Agustus ini sudah mendekati tutup bulan. "Belum ada laporan masuk ke kami. Kalau soal penanganan DBD, di desa kami PSN rutin kami adakan dua minggu sekali," ungkapnya. Sementara itu, Peneliti utama Eliminate Dengue Project (EDP), Pusat Kedokteran Tropis UGM, Riris Andono Ahmad, membenarkan jika faktor kemarau basah sepanjang tahun menjadi salah satu faktor utama banyaknya kasus DBD di Bantul. Adapun langkah mengantisipasi sekaligus menangani kasus ini, menurutnya yang paling efektif dengan cara PSN. Namun Ahmad memberi catatan, upaya PSN ini harus rutin dilakukan. Jika PSN hanya dilakukan sekali atau dua kali, upaya itu tidak akan efektif. Oleh karenanya dirinya mengimbau ke warga, baik secara gotong royong bersama-sama bersama masyarakat setempat, atau secara personal keluarga bisa telaten melakukan PSN. Jika langkah tersebut dilakukan dengan benar, meski musim penghujan datang, Ahmad meyakini jika korban DBD bisa ditekan jumlahnya. "Kalau untuk fogging itu tidak menyelesaikan masalah, yang paling bagus ya dengan PSN," ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat