kievskiy.org

Embung, Solusi Cadangan Air Saat Kemarau

SEORANG warga mengambil air dari sumur buatan di Desa Parungmulya, Ciampel, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 2 Juli 2019. Akibat musim kemarau sebagian warga di wilayah itu terpaksa membuat sumur buatan untuk melakukan aktivitas Mandi Cuci Kakus (MCK) karena sumber air di rumah mereka mengalami kekeringan.*/ANTARA
SEORANG warga mengambil air dari sumur buatan di Desa Parungmulya, Ciampel, Karawang, Jawa Barat, Selasa, 2 Juli 2019. Akibat musim kemarau sebagian warga di wilayah itu terpaksa membuat sumur buatan untuk melakukan aktivitas Mandi Cuci Kakus (MCK) karena sumber air di rumah mereka mengalami kekeringan.*/ANTARA

MASYARAKAT di sejumlah daerah masih harus berjalan belasan kilo meter untuk mendapatkan air bagi kebutuhan rumah tangga, tanaman. Komoditas pertanian mati dan gagal panen, adalah informasi yang saban hari banyak diketahui publik saat musim kemarau tiba.

Tak terkecuali pada musim kemarau 2019 yang melanda di Tanah Air. Kondisi semacam itu masih saja berlangsung hingga saat ini, memasuki akhir bulan Agustus.

Terkait musim kemarau, seperti dilansir Kantor Berita Antara, pada pekan pertama Maret 2019 Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan bahwa datangnya musim kemarau berkaitan erat dengan peralihan angin baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia). Peralihan peredaran angin monsun itu akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada Maret 2019, lalu wilayah Bali dan Jawa pada April 2019.

Kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2019 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2019.

Dari total 342 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, sebanyak 79 ZOM (23,1 persen) mengawali musim kemarau pada bulan April 2019, yaitu di sebagian wilayah Nusa Tenggara, Bali dan Jawa.

Wilayah-wilayah yang memasuki musim kemarau pada bulan Mei sebanyak 99 ZOM (28,9 persen) meliputi sebagian Bali, Jawa, Sumatera dan sebagian Sulawesi. Sementara itu, 96 ZOM (28,1 persen) di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Papua masuk awal musim kemaraunya di bulan Juni 2019.

Kala itu BMKG mengingatkan masyarakat bahwa perlu diwaspadai wilayah-wilayah yang mengalami musim kemarau lebih awal, yaitu di sebagian wilayah NTT, NTB, Jawa Timur bagian timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bagian tengah dan selatan, sebagian Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan dan Riau serta Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.

Kewaspadaan dan antisipasi dini juga diperlukan untuk wilayah-wilayah yang diprakirakan akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya, yaitu di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian selatan dan utara, sebagian Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Merauke (Papua).

Secara umum puncak musim kemarau 2019 terjadi pada bulan Agustus-September 2019.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat