kievskiy.org

Alfatihah dan Hari Integrasi Indonesia-Yogyakarta

null
null

YOGYAKARTA, PR).- Penganugerahan gelar doktor honoris causa bagi Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X tidak hanya menyumbangkan pemikiran tentang pendidikan karakter berbasis kebudayaan, gelar tertinggi dalam dunia akademik bagi Gubernur DI Yogyakarta tersebut juga bernilai politis.

Saat mengawali pidato ilmiah di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis, 5 September 2019, Sri Sultan menyatakan momentum penghargaan gelar akademik ini bertepatan dengan peringatan integrasi atau bergabungnya Yogyakarta ke pangkuan negara Indonesia pada 5 September 1945. Peristiwa ini menjadi memiliki makna lebih mendalam dari segi sejarah maupun dunia pendidikan.

Menurut dia, penentuan waktu pemberian gelar doktor dan momentum ini diagendakan agar bertepatan dengan hari Peringatan ke-74 Amanat 5 September 1945. Hari itu menjadi titik awal bergabungnya Yogyakarta ke pangkuan Republik Indonesia. “Dokumen bersejarah dengan tinta emas di masa “Republik Yogya” yang patut kita kenang dan hargai oleh seluruh bangsa Indonesia,” kata Sri Sultan.

Momentum dua peristiwa pemberian gelar doktor dan peringatan Yogyakarta bergabung ke Indonesia menjadi sangat spesial. Karena itu, Sri Sultan menyempatkan diri untuk mengajak para guru besar dan tamu undangan dalam pidato ilmiah tersebut memanjatkan doa dengan membacakan surat Alfatihah untuk mendiang Presiden Soekarno, Sri Sultan HB IX dan Sri Paku Alam VIII. “Hadirin, mari kita melafalkan ummul kitab, surat Alfatihan, agar para syuhada (Presiden Soekarno, Sri Sultan HB IX, dan Paku Alam VIII) senantiasa memeroleh husnul khatimah. Kita tundukkan kepala untuk melafalkan Alfatihah,” ajak Sultan.

Suasana hening selama pembacaan surat Alfatihah sekitar dua menit. Gerakan bibit mulutnya menandakan Sri Sultan sedang melafalkan surat Alfatihah. Ini tidak biasa dilakukan orang nomor satu di Kraton Yogyakarta dan pemerintah DI.Yogyakarta. Dalam berbagai kesempatan, Sri Sultan hanya mengajak berdoa untuk pahlawan, tetapi tidak mengajak audien membaca ayat Alquran. Ini peristiwa pertama Sri Sultan memimpin langsung pembacaan ummul quran tersebut.

Bagi Sri Sultan, pemberian gelar doktor honoris causa oleh UNY sebagai penghargaan sejenis yang ke delapan kali. Para pemberi penghargaan akademik tertinggi sebelumnya doktor bidang hukum  University of Tasmania Australia, 29 September 2015, doktor (HC) bidang manajemen bencana dari University Tun Hussein Onn, Johor Malaysia, 5 October 2013, doktor (HC) bidang peradaban   University of Meliksyah, Kayseri, Turkey pa 10 April 2013, doktor (HC) pertunjukan seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta 27 December 2013, doktor (HC) hubungan antarnegara/internasoonal dari Hankuk University of Foreign Studies, Seoul, South Korea, 11 September 2009.

Pendidikan karakter

Soal pidato ilmiah Pendidikan Karakter Berbasis Budaya, Sri Sultan menyatakan tentang gagasan dan produk pendidikan karakter tidak sinkron. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan pendidikan karakter berbasis pada pendidika budi pekerti, pendidikan karakter, pendidikan agama, didukung oleh berbagai kajian dn rekomendasi dari beragam seminar, semiloka, symposium, sarasehan. Hasilnya, pendidikan karakter belum berhasil untuk menopang produk pendidikan nasional yang optimal. Ini disebabkan tolok ukur pendidikan karakter selalu berbasis pada peningkatna kualitas lulusan pendidikan.

Kendala kegagalan pendidikan karakter tersebut, menurut dia, bisa jadi akar masalahnya pada guru kurang terampil menyelipkan pendidikan karakter dan penyelenggaraan pendidikan selalu fokus pengejar target akademik, misalnya siswa anak usia didik dasar sampai atas (SD-SMA) harus lulus ujian nasional. Karena itu pengajaran mengabaikan materi kecakapan hidup (soft-skills) non akademik sebagai unsur pendidikan karakter.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat