PIKIRAN RAKYAT - Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah ‘prediksi’ terjadinya gelombang tiga Covid-19 belum lama ini mendapat sorotan pelbagai pihak. Ahli epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman belum lama ini menilai bahwa, pelaksanaan PTM 100 persen yang digelar pada bulan yang diprediksi terjadinya gelombang tiga Covid-19, yakni Februari hingga Maret 2022 perlu dievaluasi mesti dievaluasi.
Kata dia, kendati program vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak telah diberikan, namun tak semua siswa telah disuntik vaksin. Dia menilai, risiko yang akan terjadi cukup berat untuk anak-anak. Sama halnya dengan
Sementara itu, Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Prof. Unifah Rosyidi belum lama ini menuturkan bahwa, pelaksanaan PTM terlalu tergesa-gesa. Sedari awal, kata dia, PGRI keberatan dengan pelaksanaan PTM 100 persen lantaran diselenggarakan kala Covid-19 varian Omicron masuk ke Indonesia.
Baca Juga: Tukul Arwana Sakit Keras, Manager Klarifikasi Sang Artis Ditelantarkan Anak-anaknya
Peningkatan kasus Covid-19 varian Omicron di tengah pelaksanaan PTM membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara. Dia meminta agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten dievaluasi.
Menanggapi hal tersebut, pada 1 Februari 2022, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan bahwa pihaknya bakal segera mengkaji ihwal pelaksanaan PTM di wilayah Jakarta.
Usai mengkaji pelaksanaan PTM di DKI Jakarta, Anies Baswedan memberi usulan pada Ketua Satuan Tugas Covid-19 Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan terkait dengan pelaksanaan PTM di ibu kota negara tersebut.
Kepada Luhut Pandjaitan, Anies Baswedan menyampaikan usulan, yakni menghentikan sementara pelaksanaan PTM 100 persen di DKI Jakarta, diganti menjadi pembelajaran jarak jauh.
Baca Juga: Jokowi Kunker ke Sumatera Utara, Presiden Resmikan Sejumlah Infrastuktur