kievskiy.org

Belajar dari Musibah Ritual Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Harus Jadi Perhatian Serius

Ilustrasi arus rip current. Musibah ritual Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, sudah semestinya jadi perhatian serius.
Ilustrasi arus rip current. Musibah ritual Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, sudah semestinya jadi perhatian serius. /Pexels/Jess Loiterton Pexels/Jess Loiterton

PIKIRAN RAKYAT - Masyarakat belakangan ini dihebohkan dengan adanya musibah tewasnya belasan orang peserta ritual Kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, 13 Februari 2022.

Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyebut, kasus arus laut menelan korban jiwa bukan kali pertama terjadi di Pantai Payangan Jember atau Pantai Selatan Jawa.

Daryono menuturkan, peristiwa tersebut merupakan bagian kecil dari daftar panjang korban jiwa lantaran terseret arus pantai tersebut.

Dia menilai, sudah semestinya peristiwa tersebut menjadi pelajaran, selain itu mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah maupun masyarakat.

Baca Juga: Atta Halilintar Syok Lihat Wajah Anak Sendiri, Ashanty Geleng Kepala: Sudah Sudah Aduh!

“Rentetan musibah ini sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah dan masyarakat, mengingat hampir setiap tahun selalu saja terjadi kasus serupa. Entah sudah berapa banyak warga masyarakat dan wisatawan menjadi korban keganasan arus laut Pantai Selatan,” kata dia menerangkan.

Dikatakan oleh Daryono, arus laut yang memakan korban jiwa itu dalam dunia sains disebut arus rip current.

Menurutnya, jika dilihat, morfologi pantai tersebut berbentuk teluk, sehingga diduga kuat musibah yang memakan belasan orang peserta ritual Kelompok Tunggal Jati Nusantara tersebut disebabkan oleh arus rip current.

Berdasarkan informasi BMKG, kata dia, kala ritual di Pantai Payangan yang memakan korban jiwa tersebut terjadi, ada gelombang mencapai sekira 2 sampai 2,5 meter. Di samping itu, menurut Daryono, kurangnya pemahaman masyarakat terkait karakteristik serta bahaya arus di pantai tersebut jadi faktor utama kasus serupa berulang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat