kievskiy.org

OTG ODP Tak Sadar Sakit dan Enggan Isolasi, Tenaga Medis pun Kena Caci Maki

ILUSTRASI tenaga medis dan alat pelindung diri (APD).*
ILUSTRASI tenaga medis dan alat pelindung diri (APD).* //ANTARA /ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT – Situasi pandemi Covid-19 membuat tenaga medis siaga, setiap kali ada pasien positif Covid-19.

Status positif itu membuat tenaga medis perlu melakukan pelacakan (tracing) lebih lanjut terhadap orang-orang  yang kontak dengan pasien terpapar virus corona.

Tracing pun dilakukan terhadap orang dalam pemantauan (ODP) maupun orang tanpa gejala (OTG) COVID-19.

Baca Juga: Kevin De Bruyne Sesumbar, Tetap Bertahan di Manchester City meski Pep Guardiola Pergi

Namun, berdasarkan penuturan petugas medis di Puskesmas Krembangan Selatan Surabaya, tracing itu tidak selalu mulus.

Tenaga medis kerap mendapatkan caci maki dari para OTG dan ODP, terlebih jika mereka enggan diimbau untuk isolasi mandiri karena kekhawatiran turut kena Covid-19.

"Di puskesmas itu kan ada beberapa tim yang diterjunkan. Tim itu punya grup WhatsApp, dan ceritanya di grup itu hampir sama semua, ya ada yang dimarah-marah dan ada yang dicaci maki," kata Fiqqi Fierly, salah seorang petugas medis itu, Minggu, 3 Mei 2020.

Baca Juga: Menristek Bentuk Konsorsium untuk Kembangkan Alat Kesehatan dan Obat COVID-19

Dalam wawancara dengan Antara, Fiqqi mengakui bahwa di awal-awal melakukan tracing itu, berkali-kali dia dikatakan sebagai orang gila, tidak ada kerjaan, dan berbagai cacian yang sangat kurang enak di hati.

Namun, karena itu tugas pekerjaan dan demi menolong warga Surabaya, ia tetap melakukannya meski penuh dengan perjuangan.

"Yang paling sulit itu ketika ada OTG dan tidak sadar bahwa dirinya sakit, sehingga dia menolak untuk diisolasi dan diobati. Mereka selalu bilang saya ini sehat, kenapa harus diobati. Nah, yang seperti ini yang sangat butuh perjuangan. Luar biasalah pokoknya," katanya.

Baca Juga: BERITA BAIK, Pasien Sembuh COVID-19 Indonesia Hari Ini Tembus 200 Orang

Fiqqi juga menjelaskan bahwa COVID-19 dan orang yang terkena virus itu, termasuk para tim medisnya, seakan dianggap aib di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, ia berharap kepada warga untuk sadar bahwa virus ini bukan aib seperti layaknya HIV/AIDS.

"Ini wabah yang harus kita hadapi bersama, makanya saya selalu miris ketika melihat masih banyak yang tidak pakai masker dan tidak jaga jarak," katanya.

Padahal, lanjut dia, pihaknya berjuang mati-matian untuk menolong pasien COVID-19 ini. Bahkan, ia sampai tidak memikirkan diri sendiri dan keluarga demi membantu saudara-saudara yang terkena COVID-19 ini.

"Jadi, ayo kita hadapi ini bersama-sama," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat