kievskiy.org

Muaragembong Rusak karena Kapal Pengguna Pukat Harimau, Nelayan: Zaman Bu Susi Mereka Enggak Berani

Situasi di Muaragembong.
Situasi di Muaragembong. /Pikiran Rakyat/Tommi Andryandy

PIKIRAN RAKYAT - Nelayan di pesisir Muaragembong mendesak pemerintah untuk menertibkan kapal besar yang kerap menggunakan pukat harimau untuk mencari ikan. Soalnya, selain membuat tangkapan ikan nelayan berkurang, pukat harimau membuat laut rusak.

Salah seorang nelayan, Suharto (45) mengatakan, sejak adanya kapal besar, karang di perairan menjadi rusak. Itu karena kapal besar tersebut menggunakan pukat harimau.

Selain menghasilkan ikan dalam jumlah besar, pukat harimau pun merusak karang didasar laut. Apalagi kapal itu kerap mencari ikan di perairan dangkal.

Baca Juga: Warga Muaragembong Bekasi Didera Banjir Terlama, Satu Bulan Genangan Tidak Kunjung Surut

"Itu saja bisa dilihat kapalnya masih keliatan. Berarti kan deket, paling sekitar tiga mil. Nah kalau pagi lebih banyak," ucap dia.

Kapal-kapal itu, lanjut Suharto, beberapa berasal dari perairan Jakarta Utara. Adapun kapal lain yang berasal dari Sumatera.

Akibat banyaknya kapal besar tersebut, tangkapan ikan menurun drastis. Dalam sekali melaut, dia hanya bisa mendapatkan ikan sekitar 10-20 kilogram. Padahal, biasanya mereka bisa mendapatkan ikan hingga satu kuintal per kapal dalam sekali melaut.

Baca Juga: Muara Sungai Muaragembong Dangkal, Bupati Instruksikan Normalisasi

"Kalau diuangin ya bisa dapat Rp 300.000 sekali melaut. Itu belum diitung operasional kan, beli solar sama segala macem, bisa habis Rp 200.000. Berarti sisa Rp 100.000, dibagi dah sama anak buah, habis. Dulu mah bisa dapat satu kuintal pas lagi bagus. Sekarang begini kondisinya," ucap dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat