kievskiy.org

Politik Bebas Aktif Jadi Modal Indonesia Hadapi Krisis Global Akibat Perang Rusia-Ukraina

Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D mengatakan, politik bebas aktif dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi 5,44 persen menjadi modal Indonesia‎ menghadapi krisis global akibat terganggu rantai pasokan dunia karena perang Rusia-Ukraina.
Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D mengatakan, politik bebas aktif dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi 5,44 persen menjadi modal Indonesia‎ menghadapi krisis global akibat terganggu rantai pasokan dunia karena perang Rusia-Ukraina. /Bambang Arifianto Pikiran Rakyat

PIKIRAN RAKYAT - Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D mengatakan, politik bebas aktif dan daya ungkit pertumbuhan ekonomi 5,44 persen menjadi modal Indonesia‎ menghadapi krisis global akibat terganggu rantai pasokan dunia karena perang Rusia-Ukraina.

‎Hal tersebut disampaikan pada seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI berjudul “Kolaborasi/Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasokan Global” di Jakarta, belum lama ini.

Ia menjelaskan istilah rantai pasokan global ditandai dengan berakhirnya Perang Dingin antara negara-negara Blok Barat dengan Blok Timur pada tahun 1991. Saat itu, semangat dunia adalah semangat kerja sama. Dari segi teori ekonomi, kerja sama tersebut memungkinkan adanya pembagian tugas, konsep Division of Labor antaranegara, sehingga biaya ongkos produksi bisa diturunkan. Namun, Prof Ari mengatakan keadaan itu memiliki kelemahan.

Baca Juga: SpaceX Milik Elon Musk Mendaftarkan Turis Luar Angkasa Pertama Mengelilingi Bulan dengan Penerbangan Starship

“Kalau situasinya baik-baik saja, maka dengan tenang suatu negara bisa mengandalkan supply gas dari negara lain. Apa yang terjadi kemudian? Ketika sudah saling tergantung, kemudian terjadi pertengkaran,” ujarnya sebagai salah seorang narasumber dalam seminar PPRA LXIV Lemhanas RI di Jakarta. ‎

Lebih lanjut, Ari menyampaikan terjadi kejutan dari rantai pasokan global. Sebenarnya perubahan tersebut terjadi terlalu mendadak pada 25 Februari 2022

“Dari globalisasi menjadi deglobalisasi. Semua saling menghukum. Semua saling mengisolasikan satu sama lainnya,” kata pakar ekonomi makro tersebut.

Baca Juga: Situasi Pertemuan Rizky Billar dan Lesti Kejora Dibocorkan Kuasa Hukum: Tidak Ada Keributan

Prof. Ari menambahkan, posisi Indonesia dalam keadaan krisis saat ini adalah punya modal, yaitu politik bebas aktif.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat