kievskiy.org

Profil Gus Dur, Presiden Keempat Indonesia Berjuluk Bapak Pluralisme

Gus Dur Sempat Ramalkan Ahok Jadi Gubernur, Ini 4 Ramalan Mantan Ketum PBNU yang Jadi Kenyataan.
Gus Dur Sempat Ramalkan Ahok Jadi Gubernur, Ini 4 Ramalan Mantan Ketum PBNU yang Jadi Kenyataan. /Tangkap layar cuplikan video Antaranews.com Tangkap layar cuplikan video Antaranews.com

PIKIRAN RAKYAT - Gus Dur adalah sapaan akrab Presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid. Namanya tentu sudah tidak asing lagi bagi banyak masyarakat Indonesia. Presiden Indonesia yang menjabat dari tahun 1999 sampai 2001 ini juga dikenal sebagai tokoh muslim di Indonesia.

Lahir pada tanggal 4 Agustus 1940 di Jombang, Jawa Timur, Gus Dur merupakan putra dari pasangan K.H. Wahid Hasyim dan Hj. Sholehah. Ayah Gus Dur merupakan pahlawan nasional.

Gus Dur terlahir dari keluarga yang sangat dihormati oleh komunitas muslim di Jawa Timur. Kakek dari pihak ayahnya, K.H. Hasyim Asyari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Kemudian, kakek dari ibunya, K.H. Bisri Syansuri, merupakan pengajar pesantren yang menggagas kelas ajar untuk perempuan pertama kalinya.

Sejak kecil, Gus Dur memiliki minat membaca yang tinggi dan selalu memanfaatkan perpustakaan pribadi ayahnya. Dia sudah akrab dengan beragam jenis karya tulis sejak umurnya masih belasan tahun. Bukan hanya membaca, dia juga gemar bermain bola, catur, dan musik.

Gus Dur menempuh pendidikan dasarnya di SD KRIS, kemudian pindah ke SD Matraman Perwari. Dia tinggal di Jakarta pada tahun 1944 hingga 1952. Pada tahun 1954, Gus Dur menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama. Namun, ibunya kemudian mengirim Gus Dur ke Pondok Pesantren Krapyak karena sempat tidak naik kelas.

Lulus pada tahun 1957, Gus Dur memutuskan pindah ke Magelang dan menempuh pendidikan di Pesantren Tegalrejo. Dia dikenal sebagai pelajar berbakat yang menyelesaikan pendidikan dalam waktu dua tahun lebih singkat dari seharusnya. Tidak berhenti sampai di situ, Gus Dur kemudian pindah ke Pesantren Tambakberas, Jombang, sambil menjalani pekerjaan pertamanya sebagai guru.

Baca Juga: Profil Fatmawati, Penjahit Bendera Merah Putih Saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1963, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, melalui beasiswa dari Kementerian Agama. Di Mesir, Gus Dur mempelajari ilmu Islam dan bahasa Arab. Gus Dur menempuh pendidikannya di Mesir dalam waktu dua tahun lebih dan memutuskan untuk pindah ke Irak pada tahun 1966.

Gus Dur menyelesaikan studinya di Universitas Baghdad pada tahun 1970. Selama menempuh pendidikan di Irak, Gus Dur aktif dalam Asosiasi Pelajar Indonesia. Sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1971, dia sempat bersekolah di Jerman dan Perancis.

Pada tahun 1971, dia memilih untuk kembali ke Jombang dan menjadi pengajar. Kemudian, dia bergabung di Fakultas Ushuludin Universitas Tebu Ireng, Jombang. Tak hanya menjadi pengajar, ia pun kembali menuliskan gagasan-gagasan dari pemikirannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat