kievskiy.org

15 Kali Insiden Jemaah Haji Terlambat Berangkat, Kemenag Minta Maskapai Kooperatif

Ilustrasi haji.
Ilustrasi haji. /Pixabay/Konevi

PIKIRAN RAKYAT - Gelombang pertama pemberangkatan jemaah haji sedang berlangsung dari 24 Mei sampai 7 Juni 2023. Kementerian Agama (Kemenag) meminta maskapai yang ditunjuk bertindak kooperatif dan informatif selama musim Haji 2023.

Kemenag secara tegas meminta maskapai yang memfasilitasi pemberangkatan para jemaah haji harus menginformasikan setiap pembaruan terkait perubahan dan keterlambatan jadwal. Adapun dua maskapai yang ditunjuk untuk musim Ibadah Haji 2023 adalah Garuda Indonesia dan Saudia Airlines.

"(Maskapai) harus lebih kooperatif dalam menginformasikan setiap perubahan atau keterlambatan penerbangan," ujar Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful Mujab di Jakarta, dikutip Pikiran-Rakyat.com pada Senin, 5 Juni 2023.

Lebih lanjut, terungkap data perubahan dan keterlambatan jadwal berlangsung cukup tinggi untuk jemaah Indonesia dalam musim Ibadah Haji 2023 yakni 15 kali. Sontak, insiden perubahan dan keterlambatan jadwal berpengaruh pada berbagai proses lainnya dalam rangkaian musim Ibadah Haji 2023.

"(Masing-masing maskapai) juga harus menjelaskan dan meminta maaf ke jemaah bila ada perubahan jadwal penerbangan. Sebab, jadwal yang disepakati sebelumnya sudah disosialisasikan ke jemaah," ujarnya.

Baca Juga: Seorang Jemaah Haji Asal Cianjur Meninggal di Madinah

Kemenag menekankan, insiden perubahan dan keterlambatan jadwal penerbangan jemaah harus ditindaklanjuti secara serius sehingga tidak terulang lagi di gelombang berikutnya. Apalagi, kesepakatan kontrak sudah ditetapkan dan harus dipenuhi sebagaimana mestinya.

Selain itu, Kemenag juga menyinggung soal sejumlah dampak yang timbul akibat perubahan dan keterlambatan penerbangan seperti terganggunya pemenuhan layanan kepada jemaah, baik saat masih di asrama haji maupun saat tiba di Madinah dan Makkah.

Di asrama haji, layanan terkait masa tinggal, kapasitas, dan rotasi jemaah pasti akan terganggu. Sedangkan, layanan di Arab Saudi memiliki kontrak yang sesuai jadwal sehingga menjadi tidak efisien. Dengan hal tersebut, Kemenag meminta insiden perubahan dan keterlambatan jadwal penerbangan diminimalisasi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat