kievskiy.org

Riwayat Halo-Halo Bandung: Diciptakan Bersama Para Pemuda Pejuang Bandung Selatan

Tugu Bandung Lautan Api di Lapangan Tegalega, Bandung.
Tugu Bandung Lautan Api di Lapangan Tegalega, Bandung. /Dok. Pikiran Rakyat

PIKIRAN RAKYAT - Lagu Halo-Halo Bandung diduga dijiplak menjadi Hello Kuala Lumpur. Keriuhan publik akibat peristiwa itu justru memantik pertanyaan, bagaimanakah kisah lagu yang identik dengan peristiwa Bandung Lautan Api itu muncul? Benarkah penciptanya Ismail Marzuki?

R. Jus Rusady Wirahaditenaya, mantan pejuang kemerdekaan dari Batalyon 33 Pelopor Divisi Siliwangi masih bisa mengingat lirik Halo-Halo Bandung yang berkembang di Bandung Selatan dan kemudian menjadi populer selepas peristiwa Bandung Lautan Api.

"Awas bom batok, awas bom batok, ibu-ibu Laswi montok, leumpangna dicentok-centok, sieuneun nincak bom batok. Halo-halo Bandung, ibu kota Periangan. Halo-halo Bandung, kota kenang-kenangan. Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau. Sekarang sudah menjadi lautan api, mari Bung rebut kembali." Demikian lirik lagu itu tempo dulu sebagaimana yang diingat ayahanda artis Paramitha Rusady tersebut dalam bukunya, Tiada Berita Dari Bandung Timur 1945-1947.

Rusady mengaku tidak tahu pasti siapa pencipta lagu tersebut. Namun, ia bisa menjelaskan asal usulnya. "Lagu itu diciptakan oleh banyak orang kemudian direka-reka hingga terakhir menjadi satu lagu. Pertama dinyanyikan oleh seorang pemuda Batak, diubah dengan kata beta oleh pemuda Ambon dan diberi lagu pendahuluannya oleh pemuda Sunda," kata Rusady dalam buku itu.

Baca Juga: Lirik Lagu Hello Kuala Lumpur yang Diduga Memplagiat Lagu Halo Halo Bandung

Repro buku, Tiada Berita Dari Bandung Timur 1945-1947 yang ditulis R.J. Rusady W. tentang lirik lagu "Halo-Halo Bandung" tempo dulu.
Repro buku, Tiada Berita Dari Bandung Timur 1945-1947 yang ditulis R.J. Rusady W. tentang lirik lagu "Halo-Halo Bandung" tempo dulu.

Yang jelas, momen kepopulerannya beriringan dengan tekad pejuang merebut kembali Bandung setelah mereka keluar dari wilayah itu dan melakukan bumi hangus (Bandung Lautan Api) pada 24 Maret 1946. Keterangan Rusady yang terlibat dalam sejumlah palagan di Bandung menunjukkan lagu itu memang ditulis dan ditambahi sejumlah orang.

Terlihat ada unsur lirik berbahasa Sunda, seperti, "Awas bom batok, awas bom batok, ibu-ibu Laswi montok, leumpangna dicentok-centok, sieuneun nincak bom batok (Awas bom batok, awas bom batok, ibu-ibu Laswi montok, berjalannya ditahan-tahan, takut menginjak bom batok." Bom batok merupakan peledak yang dipakai di masa revolusi kemerdekaan negeri ini. Sementara Laswi merupakan singkatan dari Laskar Wanita Indonesia yang turut berjuang.

Unsur bahasa lain juga muncul dalam istilah beta dan bung dalam lirik Halo-Halo Bandung. Keterangan Rusady cukup selaras dengan penjelasan lain tentang siapa pencipta lagu itu. Anton Kurnia dalam bukunya, Dalam Bayangan Bendera Merah. Anton merujuk keterangan seniman multidimensi dan seni musik, Remy Sylado yang menyatakan, Halo-Halo Bandung merupakan gubahan Lumban Tobing, tentara Divisi Siliwangi setelah peristiwa Bandung Lautan Api.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat