PIKIRAN RAKYAT - Satuan Tugas (Satgas) Anti-Mafia Bola telah menetapkan enam orang tersangka dalam kasus dugaan suap terkait pengaturan skor alias praktik match fixing pada pertandingan Liga 2 antara klub X dan klub Y pada November 2018.
Kasatgas Anti-Mafia Bola Polri Irjen Asep Edi Suheri menjelaskan kronologi proses penegakan hukum. Ia mengatakan tersangka berhasil diringkus berkat sinergitas antara Polri dan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Laporan berasal dari Sport Radar Intelligence dan Investigation yang diserahkan FIFA pada tanggal 24 Juni 2023. Dalam standar internasional, jasa Sport Radar dipakai FIFA untuk menganalisa dan mengumpulkan data dugaan kecurangan hasil intelijen.
"Dalam laporan tersebut, terjadi match fixing pada pertandingan dari tahun 2018 sampai dengan 2022. Tidak menutup kemungkinan praktik seperti itu masih terjadi di tahun 2023. Dikarenakan target tersebut masih diduga masih berkecimpung dalam kegiatan persepakbolaan Indonesia sampai saat ini," ujar Asep.
Baca Juga: Prabowo Subianto Wanti-wanti Mahasiswa Jangan Korupsi kalau Jadi Pejabat: Saya Akan Cari Kalian
Setelah laporan didapat, Satgas Anti-Mafia Bola gegas membuat laporan polisi bernomor LP/A/15/IX/2023/SPKT.DITTIPIDSIBER/BARESKRIM POLRI per tanggal 5 September 2023.
Berikutnya, Satgas Anti-Mafia Bola Polri lekas melakukan pemeriksaan terhadap 15 orang saksi. Di antara kelima belas orang itu, ada pihak klub, wasit pertandingan, pengawas pertandingan, pihak-pegawai hotel, panitia penyelenggara pertandingan hingga Komdis PSSI.
Penyidik juga ikut meminta keterangan dari enam pakar ahli pidana. Serangkaian pemeriksaan tersebut akhirnya berujung pada terungkapnya fakta modus operandi keculasan pihak klub.
Pasalnya, kata Asep, klub melobi perangkat wasit agar bersedia mengatur kemenangan mereka dalam pertandingan. Iming-iming uang dengan nominal besar dikeluarkan untuk memancing si wasit.