PIKIRAN RAKYAT - Pengamat politik Universitas Jember, Muhammad Iqbal menilai mundurnya Mahfud MD dari Kabinet Indonesia Maju menjadi tanda runtuhnya demokrasi di era pemerintahan Joko Widodo.
"Secara komunikasi politik, makna panggung belakang pengunduran diri Mahfud bisa diartikan terjadinya jalan kematian demokrasi kabinet Jokowi," kata dia.
Hal ini lantaran gerakan Mahfud dinilai mampu memancing opini publik yang berujung pada tercorengnya citra integritas kabinet di bawah pemerintahan Joko Widodo.
"Opini publik bisa membentuk citra buruk terhadap stabilitas dan harmoni demokrasi politik, hukum dan keamanan. Padahal seharusnya sektor Polhukam bisa menjadi legasi penting di akhir periode kedua pemerintahan Jokowi," ujar Iqbal.
Bila menyitir Levitsky dan Ziblatt, lanjut dia, pagar demokrasi bisa roboh apabila mitos sosok pemimpin populis sederhana dan demokratis berubah jadi lebih otoriter.
Hal ini pada akhirnya memunculkan penyalahgunaan kekuasaan pemerintah, dan penindasan total atas oposisi.
"Semua itu bisa terjadi ketika kekuasaan justru melanggar aturan ideal demokrasi baik secara perkataan dan perbuatan. Kemudian juga menyangkal legitimasi lawan politiknya dan mempertontonkan pembatasan kebebasan sipil lawan politiknya," katanya.
Berdasarkan hasil analisis Iqbal, prinsip dan nilai etika politik berdemokrasi itulah yang kini jadi pondasi dan motif pengunduran diri Mahfud MD.