kievskiy.org

Waspada Student Loan Mengancam: Cicilan Mencekik, Bikin Mahasiswa Galbay

ilustrasi uang rupiah
ilustrasi uang rupiah /pixabay

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah kini mempersiapkan aturan student loan untuk diberlakukan pada mahasiswa strata 1 (S1). Hal ini diungkapkan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi.

Friderica menjelaskan jika student loan ini bisa menjadi solusi di tengah mahalnya uang kuliah tunggal (UKT) saat ini. Mahasiswa dibolehkan utang untuk biaya kuliahnya, dan dibayar saat bekerja.

"Skema yang student friendly, yang memahami kalau sekarang mungkin belum bisa bayar, bayarnya nanti kalau anak ini sudah kerja. Jadi saya sedang mengajak yuk bareng-bareng bikin student loan, seperti di luar negeri banyak," ucapnya seperti diberitakan Pikiran-Rakyat.com sebelumnya.

Meskipun dinyatakan bisa jadi solusi keuangan. Harap diperhatikan jika kebijakan ini seperti dua sisi mata uang. Membawa dampak positif dan negatif. Pasalnya, di beberapa negara yang memberlakukan student loan, muncul dampak negatif pada generasi muda.

Bikin Galbay

Student loan sempat menjadi perhatian di Amerika Serikat pada awal tahun 2024. Ini dikarenakan banyak mahasiswa terjerat dengan skema tersebut mengalami gagal bayar (gagal bayar) dan terjebak kesulitan finansial.

Mengutip dari situs Bloomberg pada Selasa 21 Mei 2024, stdui yang dikeluarkan oleh Federal Reserve Bank of Pihladelphia (Institut Keuangan Konsumen Fed Philadelphia) pada awal tahun 2024 menyatakan lebih dari separuh warga Amerika Serikat gagal membayar student loan, yang disebut juga sebagai pinjaman mahasiswa.

Studi ini diambil setelah berlakunya kembali program Studen Loan pada Oktober 2023 di bawah kepemimpinan Presiden AS, Joe Biden. Diketahui Joe Biden sampai mencari cara agar pembayaran kembali student loan tersebut dapat dikelola.

Data menunjukkan sekitar 22 persen peminjam setidaknya galbay satu kali pembayaran dari jadwal pembayaran seharusnya. Setidaknya setengah kelompok yang diambil datanya menyatakan mereka akan melewatkan ketiga pembayaran tersebut.

Di antara mereka yang membayar kurang dari pembayaran penuh, lebih dari setengahnya melakukannya karena mereka merasa tidak terjangkau. Sekitar 15% mengatakan mereka secara strategis melewatkan atau menunda cicilan karena non-pembayaran tidak dapat dilaporkan ke perusahaan pemeringkat kredit hingga akhir tahun ini.

Selain itu, sekitar 12 persen peminjam dalam survei ini menyatakan kapasitas mereka untuk melakukan pembayaran akan memburuk setelah bulan Oktober, dan meningkat menjadi 17% yang mengatakan bahwa mereka tidak memperkirakan akan membayar pada bulan Desember.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat