kievskiy.org

Usulan Kebijakan Ekonomi untuk Presiden Terpilih Prabowo Subianto dan Pemerintahan Baru

Ilustrasi Uang Rupiah
Ilustrasi Uang Rupiah /Pixabay

PIKIRAN RAKYAT – Program presiden-wakil presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diperkirakan akan meningkatkan anggaran belanja negara. Program yang dianggap akan meningkatkan pengeluaran pemerintah adalah program makan siang gratis.

Program makan siang gratis diperkirakan akan memakan anggaran mencapai Rp460 triliun, atau setara dengan 7,23 persen dari total belanja negara dalam APBN 2024 (Rp3.325,1 triliun). Tak heran sejumlah ekonom khawatir, mengingat hal itu bisa berpotensi memperbesar defisit fiskal, dan menambah utang nasional yang mencapai Rp7.700 triliun per Maret 2024.

Sejumlah ekonom menilai program makan siang gratis justru akan menciptakan jebakan fiskal, dan hanya jadi beban berkelanjutan bagi APBM di masa depan. Padahal Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming sudah mengumumkan bahwa program makan siang gratis tidak akan membebani generasi mendatang.

Maka tak heran sejumlah program presiden terpilih dan pemerintahan baru sangat dihujani kritik. Terlebih lagi jika berkaca dengan kondisi ekonomi Indonesia belakangan ini.

Baca Juga: Jelang Idul Adha 2024, Tim Pemeriksaan Hewan Kurban di Bandung Siap Disebar

Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengungkapkan ekonomi Indonesia berada di situasi yang sangat menantang. Penyebabnya antara lain karena kondisi global yang tidak bersahabat, beban ekonomi yang berat, perlunya kemauan kuat dan rencana tepat dari pemerintahan baru, dan pondasi atau kaki-kaki yang lemah.

"Kondisi global saat ini, jelas tidak bersahabat bagi Indonesia. Praktis terdapat beban yang luar biasa berat bagi tumbuh kembangnya ke depan perekonomian nasional. Untuk itu Perlu kemauan kuat dan rencana tepat dari Pemerintahan baru. Namun, disadari 'kaki-kaki yang dimiliki demikian lemah' dengan gambaran fundamental ekonomi yang agak memprihatinkan," ujar Wijayanto Samirin dalam Diskusi Publik bertajuk Kebangkitan Nasional Kebangkitan Ekonomi?, yang digelar Universitas Paramadina Senin, 27 Mei 2024.

Penyebab ekonomi Indonesia bergejolak

  • Kondisi global yang tidak bersahabat ditandai dengan adanya perang Ukraina-Rusia, eskalasi konflik Palestina, perang dagang USA-China, ketidakpastian prospek ekonomi USA, tren dedolarisasi dan disrupsi suku bunga global, serta harga komoditas yang berfluktuasi dan menunjukkan tren menurun.
  • Beban berat ekonomi Indonesia yang dipengaruhi karena utang yang melejit sedangkan bunga terus meningkat, daya saing ekonomi semakin terpuruk, tingkat kemiskinan dan ketimpangan ekonomi masih tinggi, pengangguran tinggi, warisan program populis dan boros anggaran, serta janji kampanye presiden terpilih.
  • Kaki-kaki penopang ekonomi Indonesia lemah dan rapuh. Hal itu terjadi karena kebijakan tumpang tindih dan tidak pasti, institusi ekonomi dan non-ekonomi digerogoti korupsi, biaya logistik yang mahal, deindustrialisasi dini, sektor formal menyusut, serta keberlanjutan dan kapasitas fiskal makin rapuh.

Wijayanto yang telah merinci penyebab ekonomi Indonesia menghadapi tantangan besar, juga memberikan usulan kepada presiden terpilih serta pemerintahan baru. Sehingga pemerintah bisa mempertimbangkan matang-matang terkait kebijakan-kebijakan fiskal ke depannya.

Usulan langkah pemerintahan baru

Kurangi beban

Cara pertama ini bisa dilakukan dengan memodifikasi program warisan seperti IKN, KCIC, bansos, dan lainnya. Pemerintahan baru juga harus memodifikasi realisasi janji politik pilpres 2024.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat