kievskiy.org

Main Hakim Sendiri di Sukolilo Pati Dipicu Ketidakpuasan Masyarakat, Apatis terhadap Penegakan Hukum

Barang bukti kasus penganiayaan hingga tewas di Sukolilo Pati didedahkan saat konferensi pers di Mapolresta Pati, Senin (10/6/2024).
Barang bukti kasus penganiayaan hingga tewas di Sukolilo Pati didedahkan saat konferensi pers di Mapolresta Pati, Senin (10/6/2024). /ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif.

PIKIRAN RAKYAT - Aksi pengeroyokan yang menewaskan pengusaha rental mobil berinisial BH di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah, dinilai dipicu ketidakpuasan masyarakat, terutama terkait dengan penegakan hukum.

Dosen Departemen Kriminologi, FISIP Universitas Indonesia (UI), Dr Nuruddin Lazuardi SH MSi, mengatakan, aksi kekerasan dalam proses main hakim sendiri bisa ditimbulkan dari bermacam hal.

“Ada berbagai variabel yang melekat dalam proses main hakim sendiri, salah satunya adalah ketidakpuasan terhadap tekanan situasi apakah itu ekonomi, politik maupun hukum. Apa yang terlihat di Sukolilo bisa dikatakan, bahwa mereka sudah apatis terhadap hukum, mereka bagaimana sudah tidak puas dengan situasi saat ini,” kata Nuruddin kepada wartawan, Rabu, 12 Juni 2024.

Aksi kekerasan terhadap pemilik rental itu bermula ketika BH (bos rental) dan tiga orang lainnya SH (28), KB (54) serta AS (37) mencari mobil rental yang hilang. Berdasarkan penelusuran GPS yang mereka lakukan, mobil itu ada di wilayah Sukolilo. Mereka lantas berangkat ke lokasi untuk mencari keberadaan mobil tersebut dan tiba di Sukolilo pada Kamis (6/6) sekitar pukul 13.00 WIB dan menemukan mobil yang dicari.

Rombongan rental itu berupaya mengambil mobil dengan kunci cadangan. Namun demikian, warga yang tengah melintas dan melihatnya mengira BH dan ketiga orang lainnya adalah maling.

Warga lalu berteriak hingga masa berdatangan. Akibatnya keempat orang itu diamuk massa hingga babak belur. Selain itu, mobil yang dikendarai keempatnya dari Jakarta ke Pati, juga habis dibakar massa.

Nuruddin menyoroti lambannya aparat kepolisian dan pemerintah membenahi wilayah Sukolilo yang disebut sebagai wilayah yang selama ini dikenal sebagai ‘sarang kejahatan’.

“Saya berani mengatakan bahwa ini sudah masuk konsep kekerasan kultural jika mengutip sosiolog Jerman Johan Goltung. Coba lihat ada satu video tiktoker yang mengatakan ‘Ini Sukolilo bos, jangan main-main’,” katanya.

Menurut Nuruddin, jika Sukolilo dikatakan sebagai sebuah kampung sindikat, itu bukan sesuatu yg terjadi tiba tiba.

“Sukolilo disebut sebagai sebuah kampung sindikat kejahatan itu kan melalui suatu proses. Suatu proses di mana ada keluhan masyarakat, ada banyak stigma-stigma yang dimunculkan oleh publik terhadap area itu,” katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat