PIKIRAN RAKYAT - Umat muslim yang sudah melaksanakan ibadah haji biasanya akan diberi gelar “haji” bagi laki-laki dan “hajjah” bagi perempuan di bagian depan nama mereka. Lantas, bagaimana sejarah penyematan gelar tersebut?
Menurut Staf Ahli Menteri Agama sekaligus filolog Oman Fathurahman, tradisi memberikan gelar haji atau hajjah kepada umat muslim sudah ada sejak lama.
Dahulu, perjalanan menuju Tanah Suci merupakan sebuah perjuangan yang berat bagi masyarakat Indonesia. Sebab, mereka harus mengarungi lautan, menerjang badai berbulan-bulan, menghindari perompak hingga menjelajah gurun pasir agar bisa sampai ke Tanah Suci.
Umat muslim yang berhasil melewati perjalanan tersebut dan kembali ke Tanah Air dengan selamat pun dinilai sebagai sosok yang mendapatkan anugerah dan kehormatan. Mengingat, Ka'bah adalah kiblat suci umat muslim di seluruh dunia.
Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu, muncul pemberian gelar bagi jemaah haji Indonesia yang sudah selesai menjalankan ibadah haji. Hal ini pun dinilai lazim dan sah-sah saja.
Tradisi Gelar Haji Tak Hanya Ada di Indonesia
Menurut Antropolog UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dadi Darmadi, tradisi pemberian gelar haji atau hajjah itu tak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di daerah islam melayu, seperti Malaysia, Singapura, Brunei, dan Thailand Selatan.
Selain itu, umat muslim di Mesir Utara juga melakukan hal serupa.
“Tradisi di Mesir Utara bahkan bukan hanya memberi gelar haji, tapi juga melukis rumahnya dengan gambar Ka'bah dan moda transportasi yang digunakan ke Mekkah,” katanya, dikutip dari situs Kementerian Agama pada Kamis, 27 Juni 2024.
Apa Itu Ibadah Haji?
Haji merupakan salah satu rukun Islam, yakni rukun kelima. Berdasarkan NU Online, haji dapat diartikan secara tata bahasa, dan istilah.
Secara bahasa, haji berarti menyengaja atau bermaksud melakukan sesuatu. Sedangkan secara istilah, haji adalah menyengaja menuju Ka’bah untuk melaksanakan ibadah tertentu.