kievskiy.org

Revisi Maskot Asian Games 2018 Dikompetisikan Tertutup

MENTERI Pemuda dan Olah Raga (Menpora), Imam Nahrawi (kedua dari kiri) didampingi Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Yuni Poerwanti, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Sakhyan Asmara dan Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Gatot S Dewa Broto, saat menerima Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf ( kiri) di ruang kerjanya lantai 10 Kantor Menpora Senayan, Jakarta, Kamis (31/12/2015). Pertemuan itu membahas terkait revisi Maskot Asian Games 2018 yang akan dikompetisikan secara tertutup di kalangan komunitas kreatif.*
MENTERI Pemuda dan Olah Raga (Menpora), Imam Nahrawi (kedua dari kiri) didampingi Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Yuni Poerwanti, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Sakhyan Asmara dan Deputi Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Gatot S Dewa Broto, saat menerima Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf ( kiri) di ruang kerjanya lantai 10 Kantor Menpora Senayan, Jakarta, Kamis (31/12/2015). Pertemuan itu membahas terkait revisi Maskot Asian Games 2018 yang akan dikompetisikan secara tertutup di kalangan komunitas kreatif.*

JAKARTA, (PRLM).- Meski tidak jadi di sayembarakan secara terbuka, namun perubahan maskot Asian Games 2018 tetap di kompetisikan di kalangan komunitas industri kreatif. Pihak Kementerian Pemuda dan Olah Raga (Kemenpora) bekerjasama dengan Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenkraf) sudah memiliki "short list" komunitas kreatif yang potensial untuk kemudian diadu. "Tidak jadi disayembarakan terbuka, karena rupanya sudah ada sejumlah komunitas profesi tertentu dikalangan industru kreatif yang mereka secara profesional mengerti bidang branding, maskot, imaging dan lain sebagainya. Hingga kami hanya akan mengadu hasil karya mereka. Kami sudah punya "short list" untuk komunitas yang potensial," kata Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora, Gatot S. Dewa Broto ketika dihubungi "PRLM". Kamis (31/12/2015) lalu, pihak Kemenkraf, ujarnya telah bergerak cepat dengan menghubungi para komunitas tersebut. Namun, sebelum hasil karya kreatif komunitas tersebut diadu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf meminta agak pemerintah segera menghubungi Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk berkoordinasi perihal adanya kompetisi tersebut. Pihaknya mengaku memberikan waktu sekitar dua bulan, dihitung per 31 Januari lalu untuk para komunitas tersebut menyelesaikan karya mereka. "Maksimal dua bulan harus sudah selesai, per 1 Februari kalau bisa. Syukur kalau bisa lebih cepat. Kami ingin mereka memberikan sentuhan lebih muda, trendi, dan bersahabar agar bisa diingat semua kalangan," ungkapnya. Seperti yang diketahui, penentuan maskot Drawa yang menggambarkan burung 'surya' ala Papua, Cenderawasih pertama kali tidak jelas. Siapa yang merancangnya dan siapa yang bertanggung jawab atas penentuan maskot tersebut. Mengingat setelah peluncuran logo dan maskot akhir tahun lalu, di Gelora Bung Karno, banyak kritikan yang masuk ke pemerintah. Maskot yang menggambarkan burung tersebut dinilai masyarakat terlalu kaku dan tidak kekinian. Menurut Gatot, yang menentukan maskot pertama kali adalah Inasgoc (panitia lokal Asian Games 2018), yang merupakan tim gabungan antara KOI, Kemenpora, dan pihak-pihak terkait lainnya. Tapi, bidnya ada di KOI, dan teman-teman KOI lah yang ujarnya membuat rancangan Drawa pertama kali, dan kemudian di laporkan ke pihaknya. "Kami tetap menghargai apa yang dilakukan oleh KOI dan apa yang dihasilkan sudah bagus. Bahwasanya ada kritikan dari masyarakat justru itu bagus. Tandanya publik "aware", indikatornya apa, lalu banyak pro kontrak. Tidak apa-apa karena ini tandanya publik sudah punya "sense of belongin" dan saya bersyukur untuk itu. Makanya kami gerak cepat melakukan setting ulang maskot tanpa mengilangan Drawanya, sebagai ciri khas Asian Games 2018," tukasnya. Beberapa pihak menilai perubahan maskot ini justru menunjukkan jika secara manajemen Indonesia masih belum siap menjadi tuan rumah. Menjawab hal tersebut, Gatot menilai jika kemungkinan mereka yang berkomentar seperti itu hanya melihat dari sisi ketidaksiapan maskot Asian Games-nya saja dan tidak melihat secara menyeluruh. "Kalau melihat seluruh Aspek kami sudah siap. Yang mengikuti terus perkembangan persiapan Asian Games pasti bisa melihat itu. Pemberian penilain harusnya melihat secara utuh, tidak semata-mata hanya maskot saja. Tapi persiapan ini juga berbicara masalah venue, wisma atlet, atau Keppres dan lain sebagainya. Itu merupakan rangkaian kelanjutan yang harus dilakukan," tuturnya. Setelah maskot selesai ditentukan kembali nanti, pihaknya mengaku tidak akan melakukan peluncuran ulang. Pihaknya hanya akan mensosialisasikannya lewat road to Asian Games 2018 di daerah-daerah yang masih berlangsung hingga akhir 1000 hari persiapan, hingga maskot baru tersebut nantinya tinggal ditempelkan. "Kita sosialisasikan sembari jalan saja. Untuk laporan ke Komite Olimpiade Asia (OCA), kapan saja kami siap. Tidak hanya terbatas di Pertemuan Komite Koordinasi (Corcomm) OCA saja. Karena Kita kan rutin melaporkan progres kepada OCA," kata Gatot. Alokasi anggaran dengan sistem kompetisi tertutup ini, kendati masih dihitung, tapi dipastikan akan lebih murah. Diperkirakan tidak akan sampai setengah miliar. "Lebih murah pastinya gak sampai Rp 500 miliar, bahkan mungkin di bawah seperempatnya. Tidak mahal. Hal ini sudah kami alokasikan," ucapnya. (Wina Setyawatie/A-89)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat