kievskiy.org

Acara Acak-acakan, Indonesia Gagal Pecahkan Rekor Dunia Egrang

PARA peserta pemecahan rekor bermain egrang terbanyak di 6th Tafisa World Sport For All Games 2016 sedang berlatih. Indonesia gagal memecahkan rekor dunia yang dibuat di Belanda, 2011 lalu karena buruknya manajemen dan koordinasi di lapangan.*
PARA peserta pemecahan rekor bermain egrang terbanyak di 6th Tafisa World Sport For All Games 2016 sedang berlatih. Indonesia gagal memecahkan rekor dunia yang dibuat di Belanda, 2011 lalu karena buruknya manajemen dan koordinasi di lapangan.*

JAKARTA, (PR).- Indonesia gagal memecahkan rekor dunia bermain egrang terbanyak pada 6th Tafisa World Sport For All Games 2016. Buruknya manajemen dan koordinasi panitia dianggap menjadi biang keladinya. Hal itu diungkapkan Official Adjudicator Guinness World Records, Swapnil Dangarikal usai pelaksanaan event di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, Sabtu 8 Oktober 2016. Dia menilai jika minat yang ditunjukkan oleh para anak muda Indonesia luar biasa, karena egrang sebagai olah raga tradisional ternyata masih dimainkan oleh mereka. Sayang, ujarnya, tidak semua mengikuti aturan yang berlaku hingga rekor pun tidak bisa dipecahkan. "Ini soal manajemen. Karena ini baru pertama kali bagi mereka (panpel) mengatur begitu banyak orang untuk melakukan rekor ini. Padahal semua faktor seperti cuaca, kemampuan peserta sangat mendukung rekor sebelumnya dipecahkan, tinggal pengaturannya dan koordinasinya yang seharusnya lebih rapi, karena Indonesia sangat berpotensi bisa memecahkan rekor tersebut," ujarnya kepada wartawan. Buruknya manajemen terlihat dari tidak adanya koordinasi yang bagus di lapangan. Mulai dari waktu pelaksanaan yang berubah hingga tiga kali, sampai dengan tidak teraturnya pelaksanaan di lapangan. Jadwal pemecahan rekor yang tadinya akan berlangsung pada pukul 7.00 WIB ternyata mundur menjadi pukul 9.00 WIB. Peserta yang sudah datang sejak pagi pun seperti telantar karena tidak tahu acara akan mulai pada pukul berapa dan akan dimulai start di titik mana. Hingga anak-anak lebih banyak berlarian, bermain egrang hanya untuk sekadar berlatih, atau justru banyak yang menonton latihan tim zumba Indonesia untuk pemecahan rekor besok Minggu 9 Oktober 2016. Panitia yang tidak mendata dengan baik, sempat kelabakan ketika Swapnil meminta biodata lengkap siapa nama, umur, dan asal sekolah mana para peserta itu saat acara akan dimulai. Acara pun kembali molor karena panitia baru melakukan pendataan. Di awal panitia hanya menempelkan nomor dada tanpa meminta biodata peserta. Acara pun baru dimulai pada 10.20 WIB, sementara para peserta sudah mulai terlihat kelelahan. Beberapa bahkan terlihat jari kakinya sudah mulai lecet dan berdarah karena terus menerus bermain egrang. Sesuai dengan aturan di Guinness World Records, untuk bisa memecahkan rekor dunia bermain egrang terdahulu yang dicatatkan di Belanda, 2011 lalu dengan 959 peserta, Indonesia bukan hanya membutuhkan jumlah peserta yang lebih banyak, namun juga syarat khusus, yakni peserta yang didiskualifikasi tidak lebih 10 persen dari total peserta yang ambil bagian. Target peserta sebanyak 2.016 kemarin tidak tercapai. Tercatat, dari registrasi pertama hanya 1.565 peserta yang hadir. Tapi yang ikut ambil bagian dalam pemecahan rekor hanya 1.200 orang. Dalam percobaan pertama, jumlah pemain yang didiskualifikasi melebihi aturan 10 persen, hingga gagal rekor. "Dari 1.200 orang banyak yang tidak jatuh keliatannya, tapi setelah perhitungan dan melihat ketetapan panpel jumlah peserta yang gagal melebihi kuota 10 persen, ternyata yang diskualifikasi lebih besar dari 10 persen. Dengan kata lain dari 1.200 peserta, maksimal hanya boleh total 120 peserta yang tereliminasi, hingga pemecahan rekor pun harus diulang. Ada tiga kesempatan," ujarnya. Sayang, karena terlalu siang dan terlalu bertele-tele acaranya, maka peserta di percobaan kedua yang dimulai tepat dua jam setelah percobaan pertama selesai itu pun berkurang banyak. Dari 1.200 di awal, kini menjadi tinggal 674 peserta. Dari percobaan kedua tersebut, ternyata lebih banyak peserta yang tereliminasi setelah terjatuh dari egrangnya, hingga total tercatat hanya 572 peserta yang berhasil menyelesaikan rute 100 meter tanpa terjatuh. Hal itu jelas masih jauh dari rekor sebelumnya. Guru Olah Raga SDN Jati Padang 05 Pagi, Pasar Minggu, Margareth Hatemesen menilai jika kegiatan mengikutkan anak-anak sekolahan di gelaran Tafisa ini sangat bagus. Selain karena untuk memperkenalkan olah raga tradisional juga egrang ini ujarnya memiliki pengaruh positif terhadap diri anak didiknya. "Bermain egrang artinya anak memiliki keberanian dan keseimbangan dalam tubuhnya. Karena tidak mudah untuk memainkan permainan ini jika tidak ada keseimbangan," tukasnya. Sayang, kurangnya koordinasi membuat anak-anak menurutnya sudah letih terlebih dahulu karena tidak ada pengumuman mereka akan mulai pada jam berapa. Terlebih ada dua kali percobaan yang dilakukan. Pemilihan anak-anak kecil tingkat SD dan SMP sebagai peserta pun turun menjadi perhatian Swapnil. Menurutnya, untuk acara berikutnya bisa lebih melibatkan lebih banyak orang dewasa, hingga bisa lebih diatur. Mengingat pemecahan rekor ini tidak ada batasan usia. "Ada satu kesempatan lagi sebenarnya, tapi karena waktu menunggu yang terlalu lama dan setelah dua kali percobaan mereka pun keliatan kelelahan, jadi wajar jika sudah banyak yang pulang," kata Swapnil menyayangkan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat