kievskiy.org

Akhir Juni, Kebijakan Pembagian Kamar Wisma Atlet Asian Games 2018

Kawasan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin, 26 Februari 2018. Menurut Presiden Joko Widodo pembangunan Wisma Atlet untuk atlet yang berlaga pada Asian Games 2018 telah mencapai 99,9 persen.*
Kawasan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin, 26 Februari 2018. Menurut Presiden Joko Widodo pembangunan Wisma Atlet untuk atlet yang berlaga pada Asian Games 2018 telah mencapai 99,9 persen.*

JAKARTA, (PR).- Kebijakan pembagian kamar untuk tiap kontingen Asian Games 2018 akan ditentukan setelah batas akhir pendaftaran peserta Asian Games ditutup pada 30 Juni mendatang. Pasalnya setelah "entry form by name" Panita Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) mengaku baru bisa memetakan siapa saja negara peserta yang akan menggunakan wisma atlet dan akan ditaruh dimana mereka nantinya. 

Pasalnya hal itu nanti terkait dengan nilai kepuasan dari atlet sendiri yang merupakan salah satu barometer kesuksesan penyelenggaraan Asian Games 2018. Terlebih, selain untuk Asian Games, Wisma Atlet Kemayoran juga akan dipakai untuk gelaran Asian Para Games, hingga akan ada penyesuaian di beberapa titik. 

"Misalnya untuk kebijakan kamar khusus untuk atlet berbadan besar, seperti dari cabang basket dan voli. Itu nanti akan ditentukan setelah entry by name 30 Juni, kita baru bisa mapping. Tapi kalau melihat kapasitas, dari total kamar yang bisa dihuni hampir 16.000 sedangkan atlet yang masuk diperkirakan hanya 11.000-12.000, maka sisanya 4.000 ribu akan sangat mewah untuk mereka (atlet) bisa merequest kamar. Tapi itu nanti tugasnya Chef de Mission (CdM) tiap kontingen yang akan berkoordinasi dengan kami," ujarnya Ketua Inasgoc Erick Thohir di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Senin, 26 Februari 2018.

Belum lagi, menurut dia, jika nanti ada permintaan dari satu kontingen untuk bisa mendapatkan tempat tinggal di wisma atlet dalam satu tower, bila memang jumlah atletnya memenuhi kapasitas hunian. Adapun satu tower terdiri dari 644 hingga 784 unit, yang tiap unitnya terdapat dua kamar untuk kapasitas tiga orang. 

Terkait dengan fasilitas lainnya di masing-masing kamar, dari hasil kepuasan atlet pada saat test event kemarin, sebenarnya dinilai memang sudah memuaskan. Tapi diakui Erick ada satu-dua keluhan terkait besaran tempat tidur yang dinilai sangat kurang sesuai untuk atlet berpostur tinggi (di atas 190 cm) dan besar.

"Saya rasa kalau melihat dari hasil kepuasan di test event kemarin, masalah bed sudah sesuai ya. Memang kalau untuk kaki yang panjang mungkin kurang, tapi kan sudah kami sediakan "extention stool", tambahan untuk perpanjangan bed. Tapi kalau mau melihat, memang diseluruh multievent bahkan olimpiade sekalipun kan juga seperti itu kondisinya. Jadi nasib-nasiban saja. Namun, kami tetap memperhatikan layanan kepada atlet, karena tidak mungkin keluhan mereka tidak diresponkan. Semoga nanti ada titik temu antara apa yang kita servis  dengan nilai kepuasan dari atlet sendiri," ujarnya.

Di beberapa tower ada sekitar 1.000 kamar yang memang dikhususnya untuk atlet Asian Para Games (APG) yang berkursi roda dan difabel paraplegia (penurunan motorik tubuh) yang tulang belakangnya lemah. Karena dikhususnya untuk atlet berkursi roda maka, kapasitas kamar tersebut dua kali lebih besar dan luas dibandingkan kamar yang ada di unit lainnya.
 
Kamar yang dikhususkan untuk Asian Para Games (APG) 2018 tersebut, diperbolehkan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Asian Para Games (Inapgoc) Raja Sapta Oktohari untuk dipergunakan pada saat penyelenggaraan Asian Games.
 
"Silakan dipergunakan. Tadi saya sudah bilang kepada Kepala Wisma Atlet, itu previllage dari kami. Karena tambahan kamar untuk difabel itu, sudah pasti lebih besar, kamar mandi lebih besar, ruangan-ruangan lainnyanya juga lebih besar dan AC lebih dingin. Bisa itu untuk digunakan atlet-atlet basket dan voli, boleh. Karena kami bertanggung jawab juga agar tidak mengganggu persiapan Asian Games," katanya. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat