kievskiy.org

Gregoria Mariska dan Fitriani Sudah tidak Takut Lagi

Ilustrasi.*/DOK PR
Ilustrasi.*/DOK PR

JAKARTA, (PR).- Ada perubahan menggembirakan dari sektor tunggal putri. Meski di dua turnamen terakhir, Malaysia dan Singapore Open 2019 belum mencapai hasil maksimal, secara performa, Gregoria Mariska dan Fitriani dinilai sudah tidak "takut" lawan lagi.
 
Tidak takut lawan lagi, menurut Pelatih Tunggal Putri Pelatnas PBSI Riony Mainaky dalam artian sudah mau melawan. Hal itu pertama yang disadarinya di Malaysia Open 2019 lalu, ketika mendampingi. 

Keduanya memang belum bisa menembus babak pertama turnamen BWF Super 750 tersebut, tapi Gregoria dan Fitriani dinilainya sudah mau memberikan perlawanan ketat atas pemain yang memiliki level di atas mereka, seperti Ratchanok Intanon (Thailand) dan Sung Ji Hyun (Korea). Kedua anak didiknya, dinilai Riony sudah menunjukkan bahwa mereka siap untuk "perang" sejak pemanasan. 

"Jadi saya lihat dari latihan yang cukup singkat untuk dua kejuaraan ini. Pertama di Malaysia Open mereka sudah mau fight. Tidak lagi takut lawan. Masuk lapangan sudah siap, meski mereka levelnya masih di bawah lawan. Dari situ, saya tahu apa kekurangan mereka dan langsung membenahi," katanya. 

Lalu di Singapore Open 2019, kekurangan itu coba diperbaiki, kendati keduanya tetap belum bisa menembus babak pertama. Dari situ Riony pun sadar jika anak didiknya masih lemah pada fisik.

"Dari dua turnamen itu saya jadi tahu kekurangan masing-masing pemain. Fitriani, memang ada sedikit ketahanan fisik yang masih kurang. Terutama otot kakinya. Begitu juga Gregoria, otot besar dan kecilnya juga masih kurang. Makanya dalam satu tahun (jelang Olimpiade) kita coba memberbaiki. Kalau progres mereka cepat, maka dalam dua pekan harusnya sudah ada perkembangan. Kekurangan dalam fisik ini yang membuat mereka jadi bermain tidak sabar dalam pertandingan. Kurang pengalaman bermain," tukasnya saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta. 

Guna meningkatkan performa fisik kedua pemain utamanya tersebut, maka Riony mengaku sudah meminta kepada latihan pelatih fisik untuk mempercepat peningkatan kondisi fisik. Salah satu latihannya adalah dengan berlari, shadow, atau weight trainning (angkat besi).

"Jadi kita hasil latihan shadow. Main maju mundur ke depan-belakang, menyerang, lalu harus motong. Kalau fisik mereka tidak yakin, maka pasti akan lebih cepat buat kesalahan. Dari latihan itu kita bisa lihat ketahanan mereka sampai sejauh mana. Makanya saya kasih modal memperbanyak pola permainan. Saat mencoba latihan ini, pertama-tama mereka masih sudah salah-salah mainnya karena kelelahan. Tapi sekarang sudah berkurang. Kalau biasanya dalam satu momen mereka buat 4-5 kesalahan, kali ini hanya sekali kesalahan dan itu berkat meningkatan latihan fisik," ujarnya.

Kesalahan yang keliatan sangat berkurang adalah menerimaan bola pertama dan kedua. Bila biasanya banyak kesalahan karena tidak bisa mengatasi pengembalian tanggung. Sekarang sudah bisa teratasi. 

"Selain peningkatan fisik, kita juga belajar dari review video permainan. Terutama permainan pemain Jepang, yang secara postur sama dengan Indonesia. Diingatkan terus, jadi pada saat bertemu situasi begitu tidak langsung mati," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat