kievskiy.org

Dua Hal yang Jadi Fokus Utama Evaluasi di Paruh Musim Shopee Liga 1 2019

WASIT Aprisman Aranda memberi kartu kuning pada pemain Arema FC Rivaldi Bawuo yang melakukan pelanggaran keras terhadap pemain Persib Bandung Febri Hariadi dalam pertandingan Shopee Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Selasa 30 Juli 2019. Jadwal dan wasit masih jadi fokus utama evaluasi paruh musim kompetisi Shopee Liga 1 2019. */ANTARA
WASIT Aprisman Aranda memberi kartu kuning pada pemain Arema FC Rivaldi Bawuo yang melakukan pelanggaran keras terhadap pemain Persib Bandung Febri Hariadi dalam pertandingan Shopee Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Selasa 30 Juli 2019. Jadwal dan wasit masih jadi fokus utama evaluasi paruh musim kompetisi Shopee Liga 1 2019. */ANTARA

JAKARTA, (PR).- Jadwal dan wasit masih jadi fokus utama evaluasi paruh musim kompetisi Shopee Liga 1 2019. Akan tetapi, secara keseluruhan kompetisi tahun ini dalam paruh waktu pertama dibandingkan musim 2017-2018, semakin baik.

Kompetisi 2019 dari durasi, kata Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (interm) Dirk Soplanit usai rapat evaluasi pertengahan musim dengan klub-klub Liga 1 di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 5 September 2019, sejak awal memang tidak seideal 2017-2018. Karena di tahun ini ada agenda nasional, yaitu pemilu Presiden dan kondisi paksa Pilpres yang mempengaruhi izin-izin pertandingan di kepolisian.

Lalu ada FIFA Match Day yang membuat pihaknya akhirnya harus mengoreksi jadwal kompetisi. Lebih rumit dari sisi waktunya, karena tiba-tiba bisa ada yang tidak dapet izin. Tapi, secara keseluruhan kecenderungan kompetisi 2019 semakin baik.

Indikasi kompetisi musim ini lebih baik, menurut dia, bisa dilihat dari segi penonton. Dimana secara jumlah semakin banyak dari pada paruh musim kompetisi sebelumnya. Kemudian, dilihat dari total gol yang tercipta jauh lebih tinggi dari 2017-2018.

"Padahal ada sembilan pertandingan yang tidak kita total di paruh pertama (partai yang tertunda). Kalau dijalankan 9 pertandingan itu secara normal maka jauh mananjak. Ini artinya gairah permainan makin baguskan dan permainan makin menarik," tuturnya.

Secara waktu, menurut Dirk, idealnya LIB memolorkan jadwal kompetisi sampai Januari 2020. Tapi itu dinilainya tidak memungkinkan. Sebab, juara yang  masuk rangking AFC mulai persiapan untuk tampil di kualifikasi Liga Champion Asia pada Januari nanti.

"Klub lain juga ada keberatan kalau masuk Desember masih tanding, karena ada yang mulai persiapan natalan. Akhirnya kita mengatur sedemikian ketat, hingga musim ini berakhir tidak lewat dari 22-23 desember 2019," kata anggota Exco PSSI tersebut.

Lalu, kekurangannya untuk paruh pertama ini, menurut evaluasi pihaknya dengan klub Liga 1, yakni dari sisi wasit. Hal itu bisa dilihat dari meningkatnya jumlah kartu Kuning dan kartu Merah.

"Ada banyak catatan (terkait wasit) yang diusulkan di luar kewenangan LIB. Catatan ini akan kami sampaikan ke PSSI. Misalnya tadi protes dari Madura United soal wasit yang menghentikan pertandingan sampai dengan 8 menit. Saat diteliti karena masalah penonton yang menurut pengawas pertandingan mengeluarkan kata rasis. Padahal menurut pihak Madura, kalau orang Jawa Timur, menyampaikan kata jancuk itu bukan rasis, tapi hal biasa. Nah, wasit menghentikan pertandingan atas dasar itu. Karena itu kita akan buat rekomendasi sebagai regulator, kualifikasi yang mana sampai disebut ucapan rasis hingga wasit bisa bertindak menghentikan pertandingan," tuturnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat