kievskiy.org

Semua Sekolah Harus Berikan Pendidikan Inklusif

KEPALA Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana (kiri) memberikan paparan tentang pendidikan inklusif pada seminar
KEPALA Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana (kiri) memberikan paparan tentang pendidikan inklusif pada seminar

BANDUNG, (PRLM).- Seluruh sekolah di Kota Bandung harus membuka akses pendidikan kepada seluruh anak tanpa terkecuali. Hal tersebut sesuai dengan komitmen Kota Bandung menuju kota pendidikan inklusif. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Elih Sudiapermana saat membuka seminar “Penyamaan Persepsi dan Penguatan Pendidikan inklusif di Kota Bandung, di Aula SD Santa Ursula, Jalan Bengawan No.2, Kota Bandung, Senin (12/10/2015). Elih menuturkan, untuk mendukung program tersebut, perlu adanya persamaan persepsi terkait pendidikan inklusif. Sehingga pelaku pendidikan bisa memahami betul bagaimana penerapan pendidikan inklusif di masing-masing sekolah. “Anak-anak berkebutuhan khusus atau memerlukan layanan khusus bisa bersekolah dimana saja, anpa memperhatikan apakah sekolah tersebut ditunjuk sebagai sekolah inklusif atau tidak. Maka dari itu seluruh kepala sekolah dan pengawas kita undang pada seminar inii karena mereka supervisor di tingkat lapangan. Kami ingin pemikiran mereka tentang pendidikan inklusif bisa sama,” tutur Elih. Pendidikan inklusif, kata Elih, sudah diterapkan di beberapa sekolah di Kota Bandung. Saat ini setidaknya ada enam Sekolah Menengah Pertama, dan 13 sekolah dasar. Sementara sisanya merupakan sekolah swasta. Elih menargetkan tahun ini seluruh sekolah atau minimal di masing-masing wilayah Kota Bandung ada sekolah rujukan pendidikan inklusif. Namun demikian, ia menyadari sumber daya manusia khususnya guru khusus pendidikan inklusif masih terbatas. Sehingga diperlukan kerja sama dengan beberapa pihak untuk memenuhi kebutuhan guru tersebut. “Kendalanya memang masih di SDM. Guru-guru tidak terlatih secara khusus. Saat ini kami sudah bekerja sama dengan Pusat Smber Belajar di Pajdjajaran serta SLB Sukapura terkati sumber daya pengajarnya. Kami bina guru-guru bagaimana pola pelayanan pembelajarannya supaya bisa diterapkan di sekolah,” ucap Elih. Ketua Kelompok Kerja Pendidikan Inklusif Kota Bandung Hidayat mengungkapkan, ada beberapa permasalahan dalam menerapkan konsep pendidikan inklusif. Pertama, lembaga pendidikan reguler masih ‘imun’ terhadap anak berkebutuhan khusus. Kedua, legislatif dan eksekutif belum semuanya memahami pendidikan inklusif. Ketiga, lembaga pemerintahan yang menangani pendidikan luar biasa seharusnya berada dalam satu sistem pendidikan nasional. Keempat, belum semua Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan membekali calon lulusan dengan konsep pendidikan inklusif. “Masyarakat juga belum banyak yang tertarik untuk melakukan awareness campaign tentang pendidikan inklusif. Sementara guru dan orang tua murid belum semuanya siap menerima anaknya belajar di sekolah reguler. Maka dari itu perlu kesadaran dan kerja sama semua pihak untuk mengimplementasikan pendidikan inklusif ini,” kata Hidayat.(Windiyati Retno Sumardiyani/A-88)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat