kievskiy.org

Kuota SNMPTN Dikurangi 10 Persen

MENTERI Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir (Kiri), Ketua Panitia SNMPTN-SBMPTN 2016 Rochmat Wahab (kedua kiri) seusai peluncuran SNMPTN-SBMPTN 2016 di Gedung Kemenristek Dikti, Jakarta, Jumat (15/1/2016). Pendaftaran bagi lulusan SMA/SMK/MA dimulai pada April hingga Mei 2016.*
MENTERI Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir (Kiri), Ketua Panitia SNMPTN-SBMPTN 2016 Rochmat Wahab (kedua kiri) seusai peluncuran SNMPTN-SBMPTN 2016 di Gedung Kemenristek Dikti, Jakarta, Jumat (15/1/2016). Pendaftaran bagi lulusan SMA/SMK/MA dimulai pada April hingga Mei 2016.*

JAKARTA,(PRLM).- Kuota daya tampung jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2016 dikurangi 10 persen. Jika tahun lalu daya tampung SNMPTN di masing-masing perguruan tinggi adalah 50 persen, tahun ini Panitia Seleksi masuk PTN menetapkan kuota SNMPTN sebesar 40 persen. Adapun kuota untuk Seleksi Mandiri tahun menjadi lebih gemuk 10 persen. Yakni menjadi 30 persen, dari jumlah 20 persen pada tahun lalu. Sementara kuota Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tetap sama yakni 30 persen. Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Herry Suhardiyanto menuturkan pengurangan jumlah kuota SNMPTN tersebut dilakukan karena penerapan variabel penilaian tambahan pada seleksi masuk tahun ini. Dia menjelaskan, pada SNMPTN tahun ini nilai indeks integritas ujian nasional (IIUN) akan dimasukkan untuk menjadi pembanding dan pertimbangan bagi perguruan tinggi dalam menyeleksi calon mahasiswanya. Sebelumnya variable yang digunakan adalah melihat nilai rapot, portofolio, dan hasil ujian nasional. "Dari pelaksanaan SNMPTN tahun lalu, kami melakukan evaluasi. Karena (tahun lalu-red) yang menjadi pertimbangan adalah nilai rapot dan portofolio, ada kecenderungan nilai rapot siswa ini di mark up. Ada kesulitan dalam melihat korelasi nilai rapot siswa ini dengan kemampuannya," ujarnya ketika ditemui seusai Peluncuran SNMPTN-SBMPTN 2016 di Gedung Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Jakarta, Jumat (15/1/2016). Namun tahun ini, variabel IIUN digunakan sebagai pembanding dan juga penyesuaian dari nilai rapot tersebut. Secara umum, sistemnya adalah melihat nilai rapot dan juga ujian nasional siswa yang kemudian dibandingkan dengan nilai indeks integritas sekolahnya. "Indeks Integritas ini akan menjadi indikator yang akan sangat membantu. Selain itu, ini juga menjadi pemanfaatan hasil UN. Terlebih, jika ini berjalan sebagai variable dalam seleksi masuk perguruan tinggi negeri, sekolah-sekolah kedepannya juga akan berlomba-lomba untuk meningkatkan integritas atau kejujuran mereka," tuturnya. (Siska Nirmala/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat