kievskiy.org

PMP Sebaiknya Tak Jadi Mapel Sendiri

Siswa Sekolah Dasar di depan sekolah mereka, di Pulau Berhala, Lingga, Kepulauan Riau.*
Siswa Sekolah Dasar di depan sekolah mereka, di Pulau Berhala, Lingga, Kepulauan Riau.*

BANDUNG, (PR).- Pendidikan Moral Pancasila (PMP) sebaiknya tidak menjadi mata pelajaran (mapel) tersendiri. Sumber pengajaran PMP masih sama dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Tantangannya justru meletakkan mata pelajaran ini pada konteks kekinian.

Guru Besar Bidang PKn Universitas Pendidikan Indonesia Endang Danial A.R. mengatakan, pada era Orde Baru mapel PMP lebih bersifat indoktrinasi. Mapel itu kemudian berganti dengan PKn. Keduanya mengajarkan Pancasila.

"Dari dulu Pancasila kesatu sampai kelima. Mengandung nilai-nilai mulai Ketuhanan sampai keadilan sosial. Tetapi yang berubah adalah konteksnya. Yang diperlukan konteks kekinian untuk anak-anak generasi milenial, generasi alpha sekarang ini," tuturnya kepada PR, Senin, 3 Desember 2018.

Ia mengatakan, PKn mengajarkan menjadi warga negara yang memahami dan taat aturan. Namun selama ini, mapel PKn dianggap tidak cukup menyenangkan. Padahal fenomena di masyarakat saat ini banyak yang bisa dijadikan bahan belajar.

"Guru perlu lebih kreatif. Tidak hanya berpatokan pada buku. Siswa bisa diajak keluar, misalnya berkunjung ke DPR. Atau mengadakan guru tamu. Misalnya belajar tentang Pemilu didatangkan anggota DPR. Atau mendatangkan polisi untuk memahami UU Lalu Lintas misalnya," tuturnya.

Selama ini kreativitas semacam itu tak leluasa dikembangkan karena jam belajar PKn yang hanya 2 jam setiap minggunya. Endang berpendapat, ketimbang menambahkan PMP sebagai mapel sendiri, lebih baik jika jam belajar PKn ditambah. Hal itu untuk memberi keleluasaan guru membuat metode pengajaran yang lebih variatif.

"Kalau di perkotaan, upaya memoles pelajaran ini sudah ada. Tapi di daerah masih sulit. Mencari nara sumber untuk guru tamu tidak mudah. Jadi masih berpatokan pada buku ajar," tuturnya.

Upaya-upaya itu bisa menjadi penyegaran dalam mengajarkan PKn. Siswa diajak memahami materi palajaran dari fenomena yang ada di masyarakat. Harapannya, siswa tak hanya bisa menghafal konsep. Tetapi didorong mengembangkan diskusi dan memahaminya lewat konteks kekinian. 

"Belajar tidak hanya di kelas dan tidak hanya bersumber pada guru. Bagaimana kontekstual dengan lingkungan sekitar," ujar Endang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat