kievskiy.org

Kursus Bahasa Indonesia Diminati Warga Arab Saudi

null
null

JAKARTA, (PR).- Warga Arab Saudi antusias mempelajari bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari jumlah pendaftar di Gerai Bahasa dalam festival Janadriyah ke-33 di Riyadh. Sebanyak 144 orang Arab Saudi mengikuti kursus bahasa Indonesia dan menjadi peserta program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Abdul Khak mengatakan, meskipun dalam rencana strategis Kemendikbud disebutkan bahwa program bahasa Indonesia akan lebih ditekankan di kawasan Asia Tenggara, tidak menutup kemungkinan adanya minat yang tinggi di negara lain. Di Arab Saudi, ucap dia, Badan Bahasa akan memanfaatkan Sekolah Indonesia Riyadh sebagai lembaga yang menjadi lokasi pelaksanaan BIPA. 

Badan Bahasa juga berencana menggandeng mahasiswa yang menempuh studi di Arab Saudi untuk menjadi pengajar BIPA. "Mereka bisa diberikan pembekalan untuk menjadi guru lokal. Karena mereka sudah menguasai bahasa Arab secara umum, tinggal dilatih dari sisi teknis pembelajaran di kelas dengan materi sesuai dengan kurikulum BIPA," ujar Abdul Khak, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis 10 Januari 2019.

Menurut dia, permintaan yang tinggi dari negara lain akan pengiriman guru BIPA tidak bisa dipenuhi karena keterbatasan anggaran. Untuk menutupi kekurangan tersebut, di antaranya dengan melatih guru lokal agar bisa menjadi pengajar BIPA. "Di Timor Leste sudah berjalan program BIPA dengan guru lokal itu," katanya. 

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh Ahmad Ubaedillah mengatakan, peminat BIPA di Arab Saudi sebagian besar merupakan orang dewasa. "Saya sering bandingkan dengan kawan-kawan di Mesir, peminat BIPA di sini umumnya dewasa. Karena ada aturan, ada keterbatasan. Ketika kita mengundang anak remaja ke BIPA, ada kendala budaya di Saudi. Tapi kalau yang dewasa banyak sekali," katanya. 

Menurut dia, motivasi belajar mereka beragam. Mulai dari untuk berdagang atau berbisnis, ingin kerja atau kuliah di Indonesia, dan untuk mendukung pekerjaannya seperti mengurus rombongan haji. Ia mengatakan, saat ini KBRI Riyadh tengah menyasar kampus sebagai salah satu sasaran perluasan program BIPA. 

"Kita ingin bahasa Indonesia ada di kampus. Saya lihat ini efektif untuk mengenalkan bahasa Indonesia. BIPA ini merupakan andalan kami, diselenggarakan di Sekolah Indonesia Riyadh. Di Jeddah juga ada, tapi lebih banyak pegawai negeri, polisi, tentara, atau mereka yang pekerjaannya berkaitan dengan Indonesia," ucapnya. 

Ia berharap, tahun mendatang BIPA akan semakin diminati orang dari berbagai profesi maupun usia. Salah satu strateginya adalah dengan membuka kelas khusus keluarga di BIPA. "Kemarin kami buka kelas keluarga. Mudah-mudahan bisa menyusul ketertinggalan dengan BIPA di negara lain. Kairo di Mesir, misalnya, sudah sangat baik penyelenggaraan BIPA-nya," ujar Ahmad.

Ia optimistis bahasa Indonesia di Arab Saudi akan terus berkembang. Pasalnya, secara rumpun bahasa, sebagian besar kosakata bahasa Indonesia berakar dari bahasa Arab. "Saya sering katakan, tidak ada alasan untuk sulit belajar bahasa Indonesia. Banyak kosakata yang akar katanya dari bahasa Arab, seperti musyawarah atau adil. Di Arab Saudi, bahasa Indonesia juga bukan bahasa asing. Apalagi banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di rumah-rumah orang Arab," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat