kievskiy.org

2 PTN akan Dipimpin Rektor Asing pada 2020

MENRISTEKDIKTI, M Nasir menyampaikan pemaparannya saat acara Rapat Koordinasi Nasional II PTNU di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu (16/2/2019). Dalam kegiatan tersebut dirinya membahas mengenai strategi pendidikan tinggi dalam membangun SDM Indonesia yang berkualitas dalam menghadapi revolusi industri 4.0.*/ARMIN ABDUL JABBAR/PR
MENRISTEKDIKTI, M Nasir menyampaikan pemaparannya saat acara Rapat Koordinasi Nasional II PTNU di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Sabtu (16/2/2019). Dalam kegiatan tersebut dirinya membahas mengenai strategi pendidikan tinggi dalam membangun SDM Indonesia yang berkualitas dalam menghadapi revolusi industri 4.0.*/ARMIN ABDUL JABBAR/PR

JAKARTA, (PR).- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir akan mencabut beberapa peraturan yang dianggap tak relevan dengan wacana kebijakan mengundang akademisi asing untuk menjadi rektor di perguruan tinggi negeri (PTN). Ini karena pada 2020, Kemenristekdikti menargetkan minimal ada 2 PTN berbadan hukum (PTNBH) yang akan dipimpin rektor asing terutama profesor dari Amerika Serikat.

Kebijakan tersebut sebetulnya bukan hal yang baru. Niat Nasir untuk merekrut profesor asing menjadi pemimpin PTN sudah dia ucapkan sejak 2016. Namun, saat itu, kebijakan tersebut tak dapat diimplementasikan setelah mendapat hujatan dari para akademisi dalam negeri.

“Sekarang ramai lagi. Begini, perguruan tinggi kita itu jumlahnya 4.700, yang masuk daya saing dunia hanya tiga. Ngeri sekali Indonesia itu. Saat saya pertama jadi menteri, hanya ada dua PTN yang masuk kelas dunia, itu pun peringkatnya sekitar 400. PTN di Indonesia ini bangga di dalam negeri sendiri tapi tidak punya daya saing di luar negeri,” kata Nasir di Jakarta, Senin, 22 Juli 2019.

Nasir menjelaskan, kebijakan mengundang akademisi asing untuk menjadi rektor kembali mencuat setelah Presiden Joko Widodo menanyakan kelanjutan dari program tersebut. Menurut dia, dengan berbagai pertimbangan, pelibatan akademisi asing untuk mengurus PTN di dalam negeri memang sangat diperlukan.

“Pada 2016 saya di-bully habis-habisan. Para rektor protes, kita dianggap bangsa inlander. Tapi Presiden sudah mencanangkan kembali bagaimana ini rektor dari perguruan tinggi asing. (Sekarang) saya akan mapping-kan dulu. Saya akan lihat lagi aturan yang tidak mendukung, saya akan cabut. Peraturan pemerintah juga akan disederhanakan supaya memberikan kesempatan bagaimana kompetisi rektor dari luar negeri ini bisa dilakukan,” ujarnya.

Ia mengklaim, banyak negara di Asia yang sudah menerapkan kebijakan tersebut. Hasilnya dianggap sangat memuaskan karena mampu meningkatkan daya saing perguruan tinggi di negara tersebut di tingkat dunia. Ia menegaskan, wacana mengundang akademisi asing untuk menjadi rektor sedang dipersiapkan dengan matang.

“Singapura maju perguruan tingginya karena rektornya dari luar negeri. Taiwan juga, Cina maju juga dari luar negeri. Bahkan Arab Saudi itu dulu (ranking) 800 saja tidak masuk. Sekarang setelah rektornya itu dari Amerika dan dosennya 40 persen dari Amerika dan Eropa, sekarang masuk ranking 189 dunia. ini yang menjadi tantangan kita,” katanya.

Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI) sekaligus Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Kadarsah Suryadi belum menjawab permintaan izin wawancara via telepon untuk menanggapi hal tersebut. Pesan yang dikirim “PR” melalui whatsapp belum berbalas meskipun sudah bertanda centang biru dua. 

Sementara itu, Rektor Universitas Terbuka (UT) Ojat Darojat menyambut positif wacana merekrut akademisi asing menjadi rektor di PTN. Menurut dia, kehadiran mereka akan membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat