kievskiy.org

42 Kampus Ikut Kontes Robot Nasional

*/BKKP KEMENRISTEKDIKTI
*/BKKP KEMENRISTEKDIKTI

SURABAYA, (PR).- Sebanyak 42 perguruan tinggi negeri dan swasta mengikuti Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) ke-7 yang diselenggarakan di Pangkalan Terbang TNI AL, Surabaya, 1-4 Oktober 2019. Di antaranya Insititut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Universitas Maranata Bandung dan tuan rumah Universitas Negeri Surabaya.

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan, KRTI menjadi ajang tahunan untuk mencari inovator handal di bidang dirgantara. Pemenang akan diikutkan lomba ke kontes internasional yang dalam 5 tahun terakhir Indonesia selalu menjadi juara.

Kendati demikian, pesawat tanpa awak hasil dari inovasi para mahasiswa tersebut hingga saat ini masih sulit dikomersialisasikan. Padahal, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia sangat membutuhkan drone baik untuk pertahanan dan pengawasan teritorial oleh TNI, atau pun dipakai untuk kepentingan masyarakat sipil.

Ia mengatakan, pesawat tanpa awak atau drone menjadi salah sayu teknologi paling dibutuhkan dan berpengaruh di dunia. Indonesia sudah mampu mengembangkan teknologi drone dengan baik meskipun sebagian besar masih berupa purwarupa. "Yang artinya masih butuh penyempurnaan sedikit lagi. Tinggal melibatkan industri agar bisa diproduksi massal untuk dalam dan luar negeri," kata Nasir saar membuka KRTI di Kampus Unesa, Surabaya, Selasa, 1 Oktober 2019 malam.

Ia menyatakan, KRTI dapat mendorong mahasiswa menjadi penemu bidang kedirgantaraan yang dapat menciptakan paten yang bernilai komersial. Selain terkait aspek ekonomi, para mahasiswa juga diharapkan dapat menciptakan robot terbang tanpa awak yang dapat membantu pertahanan negara dan penanggulangan bencana.

"Saya berharap ini menghasilkan inventor baru, penemu baru dalam masalah robot terbang, karena teknologi di dalam hal ini menjadi sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi masa depan. Apa hubungannya robot terbang dengan ekonomi, orang bertanya itu. Contoh untuk di daerah perkebunan, bagaimana cara mengawasi kebun itu dengan baik. Tidak lagi dengan darat. Kalau di darat kita tidak tahu, dengan udara kita bisa melihat apa yang ada di darat," ujarnya.

Ia berharap, dari 42 perguruan tinggi yang hadir, ada teknologi drone yang bisa menempuh jarak hingga 1.000 kilometer. Saat ini, penemuan dari Indonesia baru drone yang mampu menjelajah sejauh 250 kilometer. Itu pun belum diproduksi massal karena membutuhkan investasi yang besar.

"Yang kedua masalah keamanan, bagaimana robot terbang ini mampu mengamankan negara Indonesia dari segala serangan. Ini menjadi sangat penting, harus kita dorong. Ketiga, bagaimana penanggulangan bencana. Apakah bencana karena banjir, haze atau asap, atau karena gempa bumi. Ini semua kita harus latih dengan baik. Dengan pesawat tanpa awak, kita bisa deteksi lokasi bencana," harap Menristekdikti.

Rektor Unesa Nurhasan berharap KRTI ini mendorong perguruan tinggi mengembangkan program studi yang mampu menghasilkan inovasi baru yang mendukung daya saing bangsa. Juri KRTI berasal dari dosen dalam negeri yang sudah ahli di bidang kedirgantaraan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat